Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Gadis Yang Tak Bisa Menangis
15
Suka
13,683
Dibaca

Sepanjang hidupmu, banyak yang menginginkanmu mati. Bahkan jauh sebelum kau bersemayam di kandungan. Dengan segala cara dan tipu daya, mereka ingin kau kembali ke rahimnya.

Kalian sering mendengar kisah-kisahnya. Kalian akan terus mendengarnya.

Aku sedang memotong rumput kala ketuban pecah. Mengucur, membuat paha Ibu dan lantai basah. Kau lahir di teras rumah. Bukan di rumah sakit atau kandang domba.

Orang-orang berdatangan ke rumah saudagar itu, mengikuti dua dukun beranak yang tergopoh-gopoh. “Kenapa laki-laki?” tanya Ibu pada Simbok, di sela mengejan. 

Simbok nyengir. “Ini dua dukun beranak terhebat di negeri ini,” bisiknya.

Ajaibnya, kau lahir tanpa tangisan. Pernahkah kalian melihat bayi lahir tanpa menangis? Bayimu merah, mungil, dan... tersenyum? Apa kau baru saja tersenyum? Orang-orang tak kuasa menitikkan air mata.

Dukun beranak pertama membetulkan peci hitamnya. “Ia akan menjadi seorang yang hebat dan dikagumi orang-orang di seluruh dunia,” katanya, takzim.

Ibu pendarahan hebat saat melahirkanmu. Dan tak pernah terlihat lagi sejak itu. Dukun beranak kemudian merawatmu.

Selama kau di rumah, kami selalu berjaga. Takut-takut kau berhenti bernapas. Belum lagi mereka yang hendak menyusup ke dalam rumah, ingin menculikmu.

“Ini masih lebih mudah,” kata Bapak.

Kau memang istimewa. Cantik dan tak pernah menangis. Tak terhitung, kau terjatuh tanpa mengaduh. Sewaktu mati lampu, kau bermain api lilin hingga jemarimu terkelupas hangus. Esoknya, saat aku menyiram kebun, kau pulang bermain dengan memar dan luka, tanpa bisa kau jelaskan. Tak setetes pun air mata yang jatuh.

“Sindrom Riley-Day,” kata dokter. “Pengidapnya tidak bisa merasakan rasa sakit dan tidak bisa menangis.”

Sepulangnya, dalam Buick-8 yang berwibawa dan bersekat kaca, untuk pertama kalinya, aku melihat matamu berkaca-kaca. Duduk di kursi belakang, kau memandang keluar jendela. Kepada yang berbaris di tepi jalan mengantri napas. Mereka berkemben dan bertelanjang kaki. Anak-anaknya malah bertelanjang dada. Kau meminta mobil berhenti. Memohon Bapak turun dan memberi mereka. Apa saja. Berapa saja.

Semasa remaja kau tak suka berdansa boogie woogie. Kau tak suka pemuda berambut Tommy Curtis. Kau tak suka membaca Enni Errow. Kau lebih suka berkeliling negeri.

Pada umur dua puluh dua, kau pergi dari rumah. Kita berpisah di sungai merah. Darah mengalir dari hidungmu.

***

Langit adalah ayahmu, Bumi adalah ibumu. Kini, usiamu tujuh puluh enam. Kabarnya kau terus menangis setahun belakangan ini. Memohon kepada siapa saja yang mau mendengar.

Aku terenyuh.

Barangkali aku bukan siapa-siapa. Meski mereka bilang aku pahlawan. Mereka bilang aku veteran. Yang lain bilang aku hanya tukang kebun Bung Karno. Namun, aku ikut menyingsingkan lengan baju, menjadi tentara pejuang kemerdekaan. 

Namaku Arsilan. Aku sehari-hari memulung di sekitar tugu proklamasi. Tempat di mana dahulu, aku menggali lubang dan mendirikan tiang bambu, demi seprai bekas yang jadi Sang Saka di hari kelahiranmu.

Aku memang tinggal di rumah Bung Karno dulu. Sekarang kuhabiskan masa tuaku di gubuk kayu.

Dengan sisa tenaga, kan kugali lubang di pekarangan kalian semua. Kutanam tiang bambu ‘tuk kita kibarkan Sang Saka. Kutitipkan negeri ini. Kumohon kalian berjanji, untuk bangkit dan kembalikan senyummu, Ibu Pertiwi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Guratan Jingga
Claudia Lazuardy
Flash
Gadis Yang Tak Bisa Menangis
Yan Arya
Skrip Film
DI JARAK 5788 KILOMETER
Wulan Witriyanti
Skrip Film
SUNYA
Ghaisani Larasati
Flash
Bronze
Riana -Selamat Jalan- eps 3 end
Anisah Ani06
Cerpen
Bronze
Meminta sepuluh menit berharga dalam hidup Anda
Rifatia
Cerpen
Impian Masa Depan
Erlani Puspita
Cerpen
Bronze
Lelaki Kenangan dan Kupu-Kupu di Lampu Merah
Titin Widyawati
Novel
KURANJI LANTANG
Airin Ahmad
Novel
Lily
Quinn Christabelle Franklin
Cerpen
Bronze
Jangan Lupa Bahagia
Vitri Dwi Mantik
Novel
Bronze
Sunshine
Aisyah Azzahra
Novel
Someday
Weni Dwi Susanti
Novel
MATAHARI DAN REMBULAN
Rosidawati
Novel
Suara dari Jauh
Inas Pramoda
Rekomendasi
Flash
Gadis Yang Tak Bisa Menangis
Yan Arya
Novel
Bronze
Rahasia Elf
Yan Arya