Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sebelum Daun Gugur
5
Suka
5,442
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Sebentar lagi aku mati,” katanya dengan serius.

“Darimana kau tahu?”

“Kakiku mulai mati rasa.”

Aku terdiam sejenak, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Kupikir dia sudah tidak waras.

“Kau ingat si Baron?”

“Temanmu yang di selatan?” tanyaku.

“Ya. Dia mati tiga hari yang lalu. Tidak ada yang tersisa di selatan, semuanya mati.”

Lagi-lagi aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Yang jelas, aku sangat terkejut. Kalau yang dikatakannya benar, maka kabar mengenai wabah yang menyerang daerah selatan bukan lagi gosip belaka.

“Aku juga mendengar suara dengungan,” ucapnya lagi.

“Dengungan?”

“Ya… seperti… nngggg… seperti itu.”

Seperti percakapan kami yang sudah-sudah, aku kembali tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Sedikitpun aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

“Kau sungguh akan mati?” Kali ini aku bertanya dengan penuh rasa empati.

“Ya,” katanya.

“Berapa lama lagi?”

“Mungkin lima menit, badanku sudah sangat lemas.”

“Aku turut berduka.”

“Terima kasih, tapi aku belum mati.”

Aduh-aduh, batinku. Aku tidak paham sebenarnya dia jadi mati atau tidak.

“Boleh aku minta tolong?” Tahu-tahu dia kembali bicara.

“Apa?”

“Kalau aku mati bisakah kau merawat Joni?”

“Burung peliharaanmu?”

“Ya,” katanya, “Joni tidak punya siapa-siapa. Kalau aku mati biarkan dia tinggal di tempatmu.”

Aku tidak membalas, tapi menyetujui permintaan terakhirnya. Setelah itu kami terdiam untuk beberapa saat. Dari kejauhan terdengar suara gemuruh yang lama-kelamaan semakin keras. Bertepatan dengan itu, tubuh sahabatku akhirnya tumbang.

Sepuluh menit berselang aku mulai mendengar suara dengungan. Kini giliran kakiku yang mati rasa. Aku melirik ke bawah, dan kulihat beberapa malaikat maut sedang mondar-mandir dengan gergaji mesin ditangannya. Ah, benar kata mereka, tidak ada yang bisa kulakukan kalau wabah sudah menyerang. Dengan sisa tenaga kubilang pada Joni kalau dia sebaiknya mencari pohon lain untuk ditinggali.

“Maaf aku tidak bisa menepati janji.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
sad ending :(
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
My Husband's Lover
Mayang Nisa
Novel
Gold
Notes From Singapore
Mizan Publishing
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Novel
Give Me A Break!
Handi Namire
Novel
Bronze
Rindu Yang Tak Terlihat ~Novel~
Herman Sim
Flash
Bronze
Telah Berubah
Lisa Ariyanti
Novel
Bronze
Love Scalpel
Shigeyuki Zero
Novel
Bronze
Merenda Cinta Di Atas Duka
Rainzanov
Flash
Selebgram Sehari
Sathya Vahini
Flash
Talk With Mr. Star
A. R. Pratiwi
Novel
Bronze
Perempuan Ilalang
Mira Pasolong
Cerpen
Karmini Karmila
SURIYANA
Novel
AKU DAN KEHIDUPAN
Zulfikar achmad
Novel
Gold
Si Gigi Hitam
Mizan Publishing
Novel
Bukan Drakor
Eva yunita
Rekomendasi
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Novel
Tempurung Kaca
Panca Lotus
Flash
Balada Harimau Itali
Panca Lotus
Flash
Ingatan Pertama
Panca Lotus
Skrip Film
KERETA
Panca Lotus
Flash
Persimpangan
Panca Lotus
Skrip Film
Dunia Paralel
Panca Lotus