Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Keluhan Sena
2
Suka
5,524
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jam terus berjalan, tanpa ada batu yang menghalang, hanya saja jam terus mengukung Sena untuk mendengar setiap rewelan dari kedua adik kembarnya. Usia yang belum menyentuh 17 tahun ini telah membuatnya terbiasa untuk meniru kebiasaan emak-emak—merepet.

Ketika si bungsu kembar mengacak-acak seisi rumah sederhana mereka, mengabaikan setiap kata teguran Sena. Ia harus menahan tangan untuk tidak menarik sedikit saja daging kedua adiknya tersebut.

Seperti saat Sena sedang belajar online, si kembar bungsu akan mengikutinya belajar. Ya, itu bagus, mereka mulai belajar memegang pensil dan mencoret-coret kertas disaat usia mereka masih 3 tahun. Tapi, satu goresan di kertas untuk setengah jam obrolan ngeleneh dari mereka. Akan ada saatnya mereka berebutan satu benda, sehingga suara mereka beradu dengan suara gaduh barang-barang di sekitar akibat gerakan abstrak mereka.

Sena harus menarik napas panjang, sebelum melerai keduanya serta memarahi mereka walau ujungnya suara tangisan yang memekakkan telinga terdengar. Sena hanya pasrah, kembali menarik keduanya membujuk mereka untuk bermaafan dan mencoba fokus pada pelajarannya.

Hampir setiap hari Sena terus bersabar, ia bertekad untuk resign dari ini sebelum ujian datang.

Saat langit malam bersama bulan mulai berterang, ibunya pulang dengan membawa sebungkus martabak hangat. Wajahnya makin terlihat tua ketika ia tersenyum melihat Sena menyambutnya di pintu.

"Gimana adik-adikmu?" tanya Ibu setelah membersihkan badan.

Sena duduk di depan ibunya, sepiring martabak tadi terhidang di hadapan mereka. Ia tersenyum getir, "Adik-adik baik kok, tadi sempat belajar nulis juga."

Ibu mengangguk, "Bagus, putri ibu memang kakak yang baik. Martabaknya buat kamu aja, ibu duluan tidur ya, selamat malam." Ibu bangkit, menepuk pelan bahu Sena dan masuk ke satu-satunya kamar di rumah mereka.

Suara jangkrik beradu, Sena kembali mengalah untuk tidak mengatakan keluhannya. Hatinya selalu menghangat ketika Ibu mengatakan, "putri ibu memang kakak yang baik."

Sebuah pujian kecil dari orang tua tunggalnya itu membuatnya merasa bahwa ia adalah anak terbaik yang pernah ada. Padahal sifat marah cepat menguasai hati dan pikirannya.

Ia melihat punggung ibu yang kian membungkuk, bebannya telah banyak. Mungkin akan bertambah dengan keluhannya.

HatiSena menarik kembali keinginannya, malam ini akan tetap sama. Ia akan kembali menyaksikan kelincahan dari tingkah si kembar bungsu esok hari.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Akankah Esok Berubah Cerah?
Achmad Biondi Adiyarta
Novel
Gold
Small Fry
Mizan Publishing
Flash
Keluhan Sena
Nisa
Flash
Pertemuan Keluarga
Singkat Cerita
Cerpen
Janji Berbalut Hazmat
Muhammad Naufal Monsong
Novel
Bronze
Batu Selomita
YOHS SUWONDO
Novel
Bronze
Bulan Bersedih Di Jakarta
Herman Sim
Novel
Bronze
Incredible
Lia indah farchah
Novel
Jangan Jatuh Terlalu Dalam
kingsleigh
Flash
Cerita Di Bulan Agustus
RF96
Cerpen
Pojok Kafe Malam Itu
Indah Azhari
Novel
W R A P P E D
Anantya Ilma
Novel
Kanekes dan Peliput Seba
Sarah Nurul Khotimah
Novel
Senandung Angin
rudy
Flash
Ibu Setengah Hari
Binar Bestari
Rekomendasi
Flash
Keluhan Sena
Nisa
Flash
Janji
Nisa