Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Matahari hampir menghilang dari pandangan. Aku berlari mennyusuri reeumputan kekuningan.
Brakk..
Kujatuhkan tubuhku pada ujung tanah. Pandanganku kosong kedepan. Cairan bening berlomba loma keluar dari mata biruku. Menekuk kedua lututku menatap sunset.
"Lagi?"
Sebuah suara terdengar dari sampingku. Aku tidak terkejut, sudah menduga dia berada disini. Itu juga alasanku mendatangi tempat ini.
Aku tak menjawab pertanyaan ambigunya, hanya tersenyum pedih. Aku tahu dia mengerti. Kudengar dia menghela nafas. Tangannya terasa mrnyentuh bahuku.
"Skyla, tidak ada gunanya kau menangis."ucapnya. Tangannya terasa mengusap usap bahuku.
"Terkadang menangis diperlukan Dave, hatimu lebih lega rasanya," dia mengangguk membenarkan. Kemudiab tersenyum.
Tiba-tiba dia bangkit dari duduknya, tangannya terjulur dihadapanku menunggu aku menyambutnya. Aku menatapnya bingung. Tak urung tetap aku sambut tangannya, ikut berdiri disampingnya.
Kupeehatilan gerak-gerik nya yang aneh. Dia mengusap cincin biru dijarinya. Aku selalu bertanya tanya funsi cincin itu, tapi dia hanya tersenyum sebagai jawaban.
Sruakk.
Lingkaran biru besar terlihat didepanku. Seperti sebuah lubangm
"A..apa ini Dave?" Tanyaku terbata.
Dia tersenyum, "Jalan menuju dunia kita, tidak ada yang bisa mengatur kita disana,"
Aku terperangah, Dave memang selalu punya kejutan. Dia menarikku memasuki lingkaran biru itu. Aku diam, pasrah mengikutinya memasuki lingkaran itu. Menunggu dunia yang sebenarnya dimana tidak ada yang bisa mengaturku lagi.