Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Halaman terakhir
6
Suka
7,936
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Namaku Adiana, biasa dipanggil Ana. 

Halaman pertama, 11 tahun. Aku mengambil keputusan saat usia 11 tahun. Bukan satu atau dua orang yang mencaci halaman pertamaku. Mereka mengatakan aku ini bodoh karena tidak melanjutkan sekolah. Ada juga yang melarang anaknya bermain denganku, takut ketularan bodoh—kata orang tua mereka. Keluargaku sudah pasti marah.

“Kamu gedenya mau jadi apa, Ana?!” kakakku bertanya dengan marah. Dia satu-satunya kakak yang kupunya. Mas Andri namanya.

“Ya, jadi orang, masa mau jadi monyet!” sahutku dengan entengnya. Ibu hanya diam, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena sifat keras kepalaku.

Halaman kedua. Aku bekerja di salah satu rumah makan. Usiaku sudah menginjak 16 tahun. Selama bekerja, aku mengirimkan gajiku untuk ibu. Tidak setiap bulan, hanya jika ibu meminta saja. Selebihnya, gajiku dipegang oleh bos. Katanya, nanti dikasih kalau mau pulang kampung. Ya, aku bekerja di luar Jawa. Untuk makan dan keperluan mandi, semua ditanggung oleh bos. Aku merasa, hidupku baik-baik saja, hingga tiba di halaman terakhirku yang membuat aku hampir menyerah.

Halaman terakhirku adalah dimana aku menyesal akan keputusan di halaman pertama yang kuambil. Disaat semua teman sebayaku sudah bekerja dan menikmati hasil dari apa yang mereka raih ... aku hanya bisa menangis merasakan perih karena keputusanku yang salah di masa lalu. Andai ... andai saja aku lebih sabar, lebih kuat menghadapinya, aku pasti bisa membahagiakan ibu, satu-satunya orang tua yang masih kumiliki. 

Aku terlahir dari sebuah keluarga sederhana, ibuku selalu membayar seragam dan buku LKS saat semua murid sudah memakai seragam dan sudah mendapatkan buku. Hanya aku yang belum mendapatkannya. Aku tidak malu jika ibuku membayar terlambat. Guruku ... dia malah memberiku seragam olahraga miliknya karena seragam untukku—katanya—hilang. Tidak ada tanggung jawab dari mereka. Saat itu, aku hanya bisa mengangguk sembari menerima seragam itu. Teman? Aku tidak punya teman. Entah mengapa mereka menjauhiku, akupun tidak peduli.

Tidak mungkin aku bisa bekerja di sebuah kantor, memakai baju dan sepatu yang bersih. Aku tidak mempunyai ijazah apapun, sudah pasti tidak ada yang bisa menerimaku. Dunia semakin maju, perekomian negara semakin membaik. Semua orang dituntut cekatan dalam bekerja, siapa yang lambat ... dia akan tertinggal jauh. 

Kini, aku menyadari ... seorang wanita tidak dilahirkan hanya untuk berada di dapur atau menjadi seorang ibu rumah tangga biasa. Seorang wanita juga harus bisa maju. Bukan untuk menandingi pria, tapi karena kehidupan memang menuntut seorang wanita harus bisa lebih cerdas agar tidak terhimpit kerasnya dunia. Jangan sampai suatu saat suamimu berkata, “yang irit kalau pakai uang belanja.” Sebanyak apapun gaji suamimu, setinggi apapun pangkat suamimu ... tetaplah bekerja untuk dirimu sendiri. Karena tidak akan ada yang mengolok perihal uang yang kamu hasilkan dari keringatmu sendiri. 

Pentingnya sebuah pendidikan, bukan hanya untuk mencari gelar sarjana atau mencari pekerjaan, tapi juga untuk bekal rumah tangga. Guru pertama seorang anak adalah ibunya. 

Belajarlah selagi ada kesempatan. Tetaplah bersekolah bagaimanapun caranya. Kamu boleh lelah, tapi jangan menyerah. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Pendidikan memang sangat penting. Tapi flash ini lebih terasa sebagai wejangan ketimbang sebuah flash. 🌟🌟🌟/🌟🌟🌟🌟🌟
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Olimpiade Cinta
E.K. Fitriyanto
Flash
Halaman terakhir
Ummy Wachida
Novel
Pemupuk Bahagia
Mahabb Adib-Abdillah
Novel
Pandemonium
Bramantio
Novel
I'm Beautiful In My Way
Dewi
Flash
Jantelagen
Ravistara
Novel
Damai Atas Luka
Nuriska Beby Prastika
Novel
Surat Tanpa Tanda Titik
Ati Raah
Novel
KURANJI LANTANG
Airin Ahmad
Flash
Bronze
Unfol My Idol
Silvarani
Novel
Bronze
Dirgalara
Chris Aridita
Novel
Bronze
ALDRICK.
N. Sabrina Putri
Flash
Sepatu untuk Alin
Lirin Kartini
Flash
Jika Pepaya Bisa Ngomong...
Shabrina Farha Nisa
Novel
Antropologi Cinta
Satorie
Rekomendasi
Flash
Halaman terakhir
Ummy Wachida
Flash
Arini
Ummy Wachida
Novel
Kakak! (Jangan Menikah)
Ummy Wachida
Flash
Aku Dan Bapak
Ummy Wachida