Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Persimpangan
4
Suka
5,499
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku adalah lampu lalu lintas. Pekerjaanku sederhana, sepanjang hari hanya diam dan mengatur lalu lintas. Selama lima puluh detik menjadi merah, lima belas detik menjadi hijau, dan meski cuma sebentar aku juga berubah menjadi kuning. Sambil berubah warna aku mengamati kendaraan yang melintas dari atas.

Kalau sedang bosan kadang-kadang kutahan lampu merah beberapa detik lebih lama. Saat itu mobil-mobil akan mengerutu dan mulai membunyikan klakson. Melihat pemandangan itu aku tertawa geli. Kupikir aku sangatlah berkuasa. Kalau ada yang berani melanggar perintahku, orang-orang berseragam akan menghukum mereka.

Dibandingkan siang, bekerja di malam hari sangatlah membosankan. Karena jalanan sepi yang kulakukan cuma mengedipkan lampu kuning sepanjang malam. Sampai kemudian samar-samar aku melihat seekor tikus. Tikus itu berjalan perlahan menyusuri trotoar yang gelap. Setibanya di persimpangan dia berhenti, lalu menatapku lekat-lekat. Seolah bertanya apakah dia boleh menyeberang atau tidak.

“Menyeberanglah,” kataku. Tentu saja tikus itu tidak merespon, lagipula aku juga tidak bisa bahasa tikus.

“Tidak ada yang lewat, menyeberanglah sekarang,” kataku lagi, tapi tikus itu tetap mengabaikanku. Pada akhirnya aku memilih untuk diam. Lagipula bukan tugasku membantu tikus menyeberang jalan.

Setelah tiga menit cuma berdiri dipojokan, tikus itu akhirnya kembali berjalan. Dia mulai menapakkan kaki-kaki kecilnya ke atas jalanan yang dingin dan lembab. Perlahan tapi pasti, tikus itu coba merangkak ke seberang jalan. Pada saat itu, aku menyadari di kejauhan ada mobil yang mendekat.

“Bisa cepat sedikit?” Aku coba memperingatkan tikus itu. Namun, seperti pengalamanku yang sudah-sudah, percakapan ini cuma berlangsung satu arah. Tikus itu tetap asik menyeberang jalan tanpa menyadari kalau nyawanya sedang terancam.

Saat mobil semakin dekat kupikir aku harus melakukan sesuatu. Karena itulah kuputuskan mengerahkan sedikit tenaga untuk menyalakan lampu merah. Aku adalah lampu lalu lintas yang berkuasa, dan persimpangan ini adalah istanaku. Perintahku adalah mutlak. Kalau aku menjadi merah, maka semuanya harus berhenti.

Sayangnya, malam itu aku terlalu naïf. Mobil itu terus melaju tanpa mengurangi kecepatannya sedikitpun. Dia mengabaikan perintahku, lalu menggilas tikus kecil yang berusaha menyeberang jalan. Tikus itu tergeletak tak berdaya. Sementara aku? Aku cuma bisa diam dan melihat dia kehilangan nyawa. Pada akhirnya aku hanyalah lampu lalu lintas yang tak berguna.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
A.M.O.R.E.G.A
@Fatamorgana16
Flash
Persimpangan
Panca Lotus
Novel
Pagi di Bawah Flamboyan itu, Anum Bercerita
Ilham MR
Novel
In Silence, In Darkness.
Wardatul Jannah
Novel
Bronze
Smart Bad Girl
Desi Restiana A
Novel
Bronze
Love in The Moonlight
Putu Felisia
Novel
Gold
Burung Terbang di Kelam Malam
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Anne of Green Gables
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Dukung Penikung Cinta
Fizhi Vie
Novel
Bronze
INDURASMI
Eka Rahmawati
Novel
Gincu Merah Perempuan Penimbun Lada
Noor Cholis Hakim
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Incredible
Lia indah farchah
Cerpen
Bronze
Nyonya Indo dan Enam Anak Perempuannya
Abdi Husairi Nasution
Novel
Bronze
Tuah Kasih
Mfathiar
Rekomendasi
Flash
Persimpangan
Panca Lotus
Novel
Tempurung Kaca
Panca Lotus
Flash
Balada Harimau Itali
Panca Lotus
Skrip Film
Dunia Paralel
Panca Lotus
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Flash
Ingatan Pertama
Panca Lotus
Skrip Film
KERETA
Panca Lotus