Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
Memaki Kera dan Babi
6
Suka
5,387
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku berteriak sekencangnya. Memaki sekuat tenaga pada barisan tentara. Ah bukan, mereka adalah penjahat negara. Tunggu, bagiku mungkin negara. Namun bagi mereka, ini hanyalah daratan berlian berisi sampah manusia, yang bisa mereka renggut hartanya, tumpahkan darahnya. Namun tidak dengan jiwanya. 

Kulontarkan makian. Bahkan yang terburuk. Yang tak pernah keluar dari lisan. 

"Penjahat!" 

"Kejam!“

“Terlaknat!“

"Biadab!"

“Kalian pantas mati!“

“Dasar kera dan babi!" 

Jangan salahkan aku. Mereka memang keturunan kera dan babi. Kau tak dengar dongengan orang dulu? Bahkan itu sejatinya sejarah yang membongkar deretan dosa mereka masa lalu. Orang-orang terpilih saja yang tahu. 

Kupandangi lagi deretan yang kini berganti leburan. Akibat bom di tengah pemukiman. Tentara disana itu sungguh pengecut. Mereka melempar senjata pada pemukim yang terlelap. Kalau berani, satu lawan satu.

Lebih pengecut lagi, ialah mereka yang berjas dan berdasi. Kuyakin mereka tak berani. Kecuali jika antek-antek pendukung memacu. Mereka datang dari arah matahari tenggelam di akhir waktu, menyokong agar terus maju, dengan senjata yang entah bagaimana membuat bisu.

Untuk apa mengirim juru damai yang tak mampu bersuara. Untuk apa menggelar meja tanpa penyelesaian apa-apa. 

Kudengar deretan peluru menderu, penutup dentuman dan kepulan meletup. Langit menjadi kelabu. Teriakan mengiris kalbu. Aku hanya bisa memaki mereka lagi, lebih kuat, lebih lantang. 

"Kuminta pergi atas dasar kemanusiaan!" 

"Ini bukan negeri kalian!" 

"Kalian tak pernah dijanjikan!"

"Tanah ini tak lagi sebuah perjanjian!"

Sesosok bayi mendekati visualku. Terbujur kaku, putih, membeku. Di kepalanya terbalut kain sobekan. Sang ayah melepasnya, membersihkannya, menggantinya dengan kafan. 

Pandangan berganti. Sekumpulan pemuda berbaju lusuh lagi berdebu. Mereka menggenggam ketapel dari kayu. Berteriak sepertiku, mereka meluapkan tenaga muda, melesatkan batu pada mobil baja.

Makin geram lah aku. Makian demi makian terucap tanpa jeda ketika tentara itu maju atas nama junjungan segitiga bermata satu.

"Kalian hanyalah pembunuh sadis! Tak layak berdiri di atas Baitul Maqdis!” 

“Kalian membunuh anak dan wanita dengan biadab!” 

"Kalian merusak toleransi kedamaian berabad-abad!” 

"Kalian mengusir dan merampas sejenak jidat!”

Lelah juga akhirnya, begitu aku tersekat. Mereka tak akan pernah mendengar. Makianku mustahil sampai, bahkan sekalipun yang terdekat. 

Sebab, apa kau tahu yang tak kalah buruk dari mereka? Ialah aku. Yang hanya memaki berdiri di depan berita. Memutar penjajahan di antara jeda iklan suka ria dunia, sebagai manusia merdeka.  

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Can
yeah. that's me. 😅😢😭
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
Memaki Kera dan Babi
Hani Abla
Cerpen
Bronze
Yang Terlupakan
Yuli Harahap
Flash
Bronze
Singaraja
Bakasai
Flash
Bronze
TERUNTUK TEMAN MASA LALU
Safinatun naja
Flash
Salah - Benar?
Drew Andre A. Martin
Novel
Bronze
Juni Berdarah Pasca-Reformasi
Hariyadi Eko Priatmono
Novel
Bronze
Gadis Tanpa Jiwa
Husni Magz
Novel
Gold
Dunia Dari Keping Ingatan
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Langit Menangis di Balik '98: Kisah Perjuangan dan Pencarian Identitas
Aisyah Salsabila Putri
Novel
Bronze
Langit Merah Batavia
Leyla Imtichanah
Novel
Bronze
JEJAK LANGKAH BAPAK
Embun Pagi Hari
Novel
Bronze
Menjahit Luka
Ayub Wahyudin
Novel
Ketika Cahaya Rembulan Mengecup Lautan
Anisha Dayu
Novel
Pita Merah
Miftachul W. Abdullah
Novel
Bronze
Keris Bima Sakti: The Return Of Jena Teke
Vitri Dwi Mantik
Rekomendasi
Flash
Memaki Kera dan Babi
Hani Abla
Novel
Besok Saja Kita Bahagia
Hani Abla
Flash
Satu Persen Ibu
Hani Abla
Novel
Kau Membuatku Rasa
Hani Abla