Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Satu Persen Ibu
5
Suka
5,482
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rania adalah gadis beruntung, begitu teman-temannya kata. Meski sang ayah meninggal sejak Rania kelas dua, namun hidup si wanita belia nampaknya biasa saja. Justru, Rania merasa mendapatkan curahan perhatian banyak orang. Tak ada satu pun kenalan, kecuali memberikan ragam perhatian dan pemberian. Termasuk para pria.

Hal ini terbukti acap kali hari minggu pagi, saat Rania menemani ibu membuka lapak mobil dadakan di jalan raya, seperti biasa. Keduanya menjual aneka pakaian dan sepatu olahraga. Para pria akan menyapa Rania, dari kenalan satu SMA, para tetangga, kakak mahasiswa, hingga beberapa lelaki muda yang baru ia kenal di sana.

“Wah wah, sepertinya putri ibu perlu menikah segera,” ujar ibunda, melihat putrinya memekar senyum saat para pria melintas dan melirik ke arahnya. 

“Ah ibu. Mengapa tak ibu saja yang menikah lagi? Ibu masih kelihatan muda dan cantik. Orang-orang salah sangka kalau kita ini kakak adik loh, Bu.”

Ibu hanya tersenyum. Rania tahu betul isi pikiran ibunda. Ini bukan kali pertama ia bertanya demikian. Pernah satu kali ibu menjawab, seorang wanita akan bersama suami terakhirnya di surga. 

Jawaban ibu mudah dimengerti. Namun yang Rania tak mengerti hanyalah, apakah benar ayahnya akan masuk surga dan ibu akan menemaninya? Lagi pula, Rania ragu, apakah ayahnya cukup tampan untuk masuk surga. 

Dari foto terakhirnya, Rania hanya melihat pria tambun, pendek, berkumis pula. Sungguh pemandangan tak sedap melihatnya bersanding dengan ibu yang semampai lagi kecantikannya nyaris sempurna.

“Hush! Jangan bilang begitu, bisa durhaka! Lagi pula, surga itu untuk mereka yang beriman, bukan mereka yang tampan,” itu yang selalu dikatakan ibu jika mendengar keluhan si putri semata wayang.

“Coba kalau ayah setampan Kak Bam, pasti kubanggakan,” ujar Rania, hampir saja menjatuhkan tumpukan kardus sepatu begitu melihat pria yang disebut namanya itu mendekat.

Ibu berdehem, membuat Rania nyengir kuda. “Seorang wanita harus jual mahal, tak boleh obral cinta,” tegur ibu.

Rania tak menurut. Ia justru melambaikan tangan pada pria di hadapannya. Sudah beberapa bulan terakhir, Bam selalu mampir. Rania yakin, pemuda gagah itu sepertinya tertarik padanya.

“Hai Ran!” sapa pria berparas indo lagi tinggi tegap itu. Rania merapikan hijabnya, diliriknya ibu yang menundukkan wajah. Ibu memang tak pernah mengobrol dengan sembarang pria.

Cukup lama Bam chit chat dengan Rania. Membahas hal-hal sepele hingga isu negara, lalu berujung pria itu berkata, “Apa kakakmu sudah menikah?”

Terbelalak manik Rania. Sempat linglung sejenak mendengar kata-kata pria tampan yang mungkin berusia kepala tiga. “Kakak? Yang kamu maksud, ibuku?”

Sungguh terperangah Rania melihat ke arah ibunda yang tengah membersihkan cermin panjang di dekat rak baju. Gadis itu pun melihat pantulan diri, barulah ia menyadari, “Aku hanya mendapat satu persen dari gen ibu.”

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Seni
Eneng Anita
Flash
Satu Persen Ibu
Hani Abla
Novel
Bronze
Seusai Reda
Siti Ulumiah
Novel
Bronze
Sesat Club
Nu
Novel
Bizarre Love Story
Syaa Ja
Flash
Bronze
JAKARTA
Deeta Pratiwi
Novel
Tiga Hati Satu Cinta
Farasha
Novel
Abuelita
Tasyavira Indifatma
Novel
Bronze
KALA CINTA
Yeni Lestari
Novel
Rizky & Nada
Andini Lestari
Novel
Bronze
Suamiku Impoten
aas asmelia
Novel
Cerita Kopi
Annisa Diandari Putri
Komik
Dearest
Ni Putu Winda Pramesti Dewi
Komik
(un)promise
kennicchi
Flash
Bronze
Dunia Nyata
Erena Agapi
Rekomendasi
Flash
Satu Persen Ibu
Hani Abla
Novel
Besok Saja Kita Bahagia
Hani Abla
Flash
Memaki Kera dan Babi
Hani Abla
Novel
Kau Membuatku Rasa
Hani Abla