Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Satu Persen Ibu
5
Suka
5,503
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Rania adalah gadis beruntung, begitu teman-temannya kata. Meski sang ayah meninggal sejak Rania kelas dua, namun hidup si wanita belia nampaknya biasa saja. Justru, Rania merasa mendapatkan curahan perhatian banyak orang. Tak ada satu pun kenalan, kecuali memberikan ragam perhatian dan pemberian. Termasuk para pria.

Hal ini terbukti acap kali hari minggu pagi, saat Rania menemani ibu membuka lapak mobil dadakan di jalan raya, seperti biasa. Keduanya menjual aneka pakaian dan sepatu olahraga. Para pria akan menyapa Rania, dari kenalan satu SMA, para tetangga, kakak mahasiswa, hingga beberapa lelaki muda yang baru ia kenal di sana.

“Wah wah, sepertinya putri ibu perlu menikah segera,” ujar ibunda, melihat putrinya memekar senyum saat para pria melintas dan melirik ke arahnya. 

“Ah ibu. Mengapa tak ibu saja yang menikah lagi? Ibu masih kelihatan muda dan cantik. Orang-orang salah sangka kalau kita ini kakak adik loh, Bu.”

Ibu hanya tersenyum. Rania tahu betul isi pikiran ibunda. Ini bukan kali pertama ia bertanya demikian. Pernah satu kali ibu menjawab, seorang wanita akan bersama suami terakhirnya di surga. 

Jawaban ibu mudah dimengerti. Namun yang Rania tak mengerti hanyalah, apakah benar ayahnya akan masuk surga dan ibu akan menemaninya? Lagi pula, Rania ragu, apakah ayahnya cukup tampan untuk masuk surga. 

Dari foto terakhirnya, Rania hanya melihat pria tambun, pendek, berkumis pula. Sungguh pemandangan tak sedap melihatnya bersanding dengan ibu yang semampai lagi kecantikannya nyaris sempurna.

“Hush! Jangan bilang begitu, bisa durhaka! Lagi pula, surga itu untuk mereka yang beriman, bukan mereka yang tampan,” itu yang selalu dikatakan ibu jika mendengar keluhan si putri semata wayang.

“Coba kalau ayah setampan Kak Bam, pasti kubanggakan,” ujar Rania, hampir saja menjatuhkan tumpukan kardus sepatu begitu melihat pria yang disebut namanya itu mendekat.

Ibu berdehem, membuat Rania nyengir kuda. “Seorang wanita harus jual mahal, tak boleh obral cinta,” tegur ibu.

Rania tak menurut. Ia justru melambaikan tangan pada pria di hadapannya. Sudah beberapa bulan terakhir, Bam selalu mampir. Rania yakin, pemuda gagah itu sepertinya tertarik padanya.

“Hai Ran!” sapa pria berparas indo lagi tinggi tegap itu. Rania merapikan hijabnya, diliriknya ibu yang menundukkan wajah. Ibu memang tak pernah mengobrol dengan sembarang pria.

Cukup lama Bam chit chat dengan Rania. Membahas hal-hal sepele hingga isu negara, lalu berujung pria itu berkata, “Apa kakakmu sudah menikah?”

Terbelalak manik Rania. Sempat linglung sejenak mendengar kata-kata pria tampan yang mungkin berusia kepala tiga. “Kakak? Yang kamu maksud, ibuku?”

Sungguh terperangah Rania melihat ke arah ibunda yang tengah membersihkan cermin panjang di dekat rak baju. Gadis itu pun melihat pantulan diri, barulah ia menyadari, “Aku hanya mendapat satu persen dari gen ibu.”

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Kebahagian sederhana
Priscilla loissa valentine
Flash
Sebentar, Nak, Ada yang Belum Pulih
Atsuka D
Flash
Satu Persen Ibu
Hani Abla
Novel
Shagara
Dita
Novel
Terang Gelap Surya
heriwidianto
Flash
Kaki
Dwi Kurnialis
Novel
Bronze
Airy
Jenny C Blom
Novel
Bronze
Warna-warna Hidup Casya
@Fatamorgana16
Novel
Bronze
CAHAYA
Maryanih
Novel
TANPA TAPI
Rahma Pangestuti
Novel
Seruni
Aji Najiullah Thaib
Novel
Bronze
Can I?
Bluerianzy
Novel
(Un)natural Feeling
Yooni SRi
Novel
Gold
Perjalanan Rasa
Bentang Pustaka
Skrip Film
BEFORE HE LEFT (Sebelum Kepergiannya)
Je Yatmoko
Rekomendasi
Flash
Satu Persen Ibu
Hani Abla
Novel
Besok Saja Kita Bahagia
Hani Abla
Flash
Memaki Kera dan Babi
Hani Abla
Novel
Kau Membuatku Rasa
Hani Abla