Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Saklar
2
Suka
3,073
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Saat matahari mulai menyembunyikan wajahnya. Semua orang berbondong-bondong untuk menyalakan saklar di rumah mereka. Sama halnya dengan apa yang dilakukan gadis berambut lurus. Dia berlari dari meja belajarnya dan melompat menekan saklar yang berada di dekat jendela. Namun tak lama dia hanya bisa diam, berdiri di dekat jendela sambil memegang sapu di tangan. Pandangannya lurus menatap jendela-jendela yang bersebrangan dengan jendelanya. Dia berdecak heran. Dimiringkan kepalanya ke kanan. Dia melihat kedua orang tua yang sudah beruban mengangkat seorang pemuda untuk menekan saklar. Saat saklar ditekan, rumah mereka menjadi terang dan mereka pun bersorak senang.

Sekarang dimiringkan kepalanya ke kiri. Dia melihat beberapa orang dengan gelang yang sama mengangkat seorang gadis dengan gelang yang sama juga untuk menekan saklar. Saat saklar telah ditekan, rumah gadis itu menjadi terang. Lalu mereka berpelukan dan bernyanyi bersama.

Kini gadis berambut lurus itu meluruskan pandangannya pada jendela yang tepat sekali bersebrangan dengan jendelanya. Bibirnya sedikit tertarik melihat jendela itu sama gelapnya dengan jendelanya. Samar-samar dia melihat seorang wanita dengan wajah cemas sedang menenangkan bayi yang terus menangis. Tanpa disadari tanggannya ia lambaikan pelan diiringi suara yang mencekat saat tiba-tiba saja jendela itu bersinar. Tangisan bayi meredam diikuti senyuman sang Ibu yang terbit saat melihat kepala keluarga berdiri didekat saklar masih lengkap dengan seragam kerjanya.

Lagi-lagi senyum gadis berambut lurus pudar. Sapu ditangannya terjatuh menimbulkan suara yang menggema di rumah kecilnya. Dia berteriak kencang. Tak terima jika jendelanya saja yang masih gelap. Namun teriakannya tak bersuara. Dia tidak bisa bersuara.

Tangannya dengan keras menutup jendela. Membalikkan badannya agar tak perlu melihat jendela-jendela yang mulai menyala. Badannya lemas layaknya badan tanpa sukma. Dia bersandar dibawah jendela sambil memeluk kedua kaki yang bergetar begitu hebat. Air mata mulai turun layaknya gerimis di kota yang gersang. Satu tangannya menutup mulutnya. Takut membangunkan foto-foto di dinding rumahnya.

Sejak itu, setiap matahari akan menyembunyikan wajah, dia akan menutup jendela dan duduk bersandar dibawah jendela. Merengkuh kedua kaki yang mulai layu. Sambil menatap pintu kayu yang tak kunjung mendapat tamu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Tumblr Light
Pebio Maldini Putra
Novel
Bronze
Untill We Meet Again
Nany Parker
Flash
Saklar
Alifia Sastia
Flash
Bronze
SEDAYU, Di Sore Hari
Anisah Ani06
Novel
HARMONI BERKASIH
Soelistiyani
Novel
Bronze
KARMA PALA
Tri harnanik atas asih
Flash
Seorang Operator Telepon di Negara Dunia Ketiga
Hendra Purnama
Novel
Bronze
FASE: Pernah Nggak Pernah...
Tiara Puji Lestari
Novel
Sebening Cinta Sabrina
Ahliya Mujahidin
Flash
Cito
Desy Andriyani
Komik
Bronze
I For myself
Astira Izzatul Azzahra
Novel
Bronze
Stevie: Sebuah Catatan Remaja Biasa
Nadya Wijanarko
Novel
In Silence, In Darkness.
Wardatul Jannah
Novel
Bronze
Sinar untuk Genta
Rika Kurnia
Flash
Rindu
Suci Asdhan
Rekomendasi
Flash
Saklar
Alifia Sastia
Novel
Bronze
Hard for Me
Alifia Sastia
Skrip Film
Keluarga Tanpa Ibu (Script)
Alifia Sastia