Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Saklar
2
Suka
3,122
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Saat matahari mulai menyembunyikan wajahnya. Semua orang berbondong-bondong untuk menyalakan saklar di rumah mereka. Sama halnya dengan apa yang dilakukan gadis berambut lurus. Dia berlari dari meja belajarnya dan melompat menekan saklar yang berada di dekat jendela. Namun tak lama dia hanya bisa diam, berdiri di dekat jendela sambil memegang sapu di tangan. Pandangannya lurus menatap jendela-jendela yang bersebrangan dengan jendelanya. Dia berdecak heran. Dimiringkan kepalanya ke kanan. Dia melihat kedua orang tua yang sudah beruban mengangkat seorang pemuda untuk menekan saklar. Saat saklar ditekan, rumah mereka menjadi terang dan mereka pun bersorak senang.

Sekarang dimiringkan kepalanya ke kiri. Dia melihat beberapa orang dengan gelang yang sama mengangkat seorang gadis dengan gelang yang sama juga untuk menekan saklar. Saat saklar telah ditekan, rumah gadis itu menjadi terang. Lalu mereka berpelukan dan bernyanyi bersama.

Kini gadis berambut lurus itu meluruskan pandangannya pada jendela yang tepat sekali bersebrangan dengan jendelanya. Bibirnya sedikit tertarik melihat jendela itu sama gelapnya dengan jendelanya. Samar-samar dia melihat seorang wanita dengan wajah cemas sedang menenangkan bayi yang terus menangis. Tanpa disadari tanggannya ia lambaikan pelan diiringi suara yang mencekat saat tiba-tiba saja jendela itu bersinar. Tangisan bayi meredam diikuti senyuman sang Ibu yang terbit saat melihat kepala keluarga berdiri didekat saklar masih lengkap dengan seragam kerjanya.

Lagi-lagi senyum gadis berambut lurus pudar. Sapu ditangannya terjatuh menimbulkan suara yang menggema di rumah kecilnya. Dia berteriak kencang. Tak terima jika jendelanya saja yang masih gelap. Namun teriakannya tak bersuara. Dia tidak bisa bersuara.

Tangannya dengan keras menutup jendela. Membalikkan badannya agar tak perlu melihat jendela-jendela yang mulai menyala. Badannya lemas layaknya badan tanpa sukma. Dia bersandar dibawah jendela sambil memeluk kedua kaki yang bergetar begitu hebat. Air mata mulai turun layaknya gerimis di kota yang gersang. Satu tangannya menutup mulutnya. Takut membangunkan foto-foto di dinding rumahnya.

Sejak itu, setiap matahari akan menyembunyikan wajah, dia akan menutup jendela dan duduk bersandar dibawah jendela. Merengkuh kedua kaki yang mulai layu. Sambil menatap pintu kayu yang tak kunjung mendapat tamu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Parabunga
Robeni
Flash
Saklar
Alifia Sastia
Flash
Nyonya Gerda dan Sepasang Rusa
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Ayah
ASRUL AZIZ SIGALINGGING
Novel
Bronze
Icy Miss Right
Momo
Novel
Segaris Waktu dan Mimpi Tengah Hari
Handi Namire
Novel
Bronze
Lost Memories
Alvida_123
Novel
Bronze
PILIHAN ( kehidupan membuatku belajar)
Jast name
Novel
PTSD
diana rahmatika
Novel
Gold
KKPK The Magic Book
Mizan Publishing
Novel
Bronze
"Tuhan, Aku Capek..."
Diaksa Adhistra
Novel
Anton dan Alina
princess bermata biru
Novel
Bronze
Galaunya Seperempat Abad
MonicaLo
Novel
Bronze
DIA, AZHARKU
Nina Nola Boang Manalu
Novel
Chandlina
Al Szi
Rekomendasi
Flash
Saklar
Alifia Sastia
Novel
Bronze
Hard for Me
Alifia Sastia
Skrip Film
Keluarga Tanpa Ibu (Script)
Alifia Sastia