Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sudah satu minggu ini perasaan Reina tidak tenang. Jam istirahatnya terus terganggu saat bayangan anak kecil selalu hadir di mimpinya.
Teriakan pun menggema di kamarnya, Reina tersadar dari tidurnya tapi dengan tangis dan juga kecemasan.
"Alfaro" ujarnya memeluk pemuda dihadapannya
"Aku memimpikan anak itu lagi Al, aku takut"cerita Reina dengan rasa sesak
Alfaro kembali menenangkan Reina dan mengatakan semua akan baik-baik saja.
Ponsel Reina berbunyi, Alfaro meminta Reina mengangkatnya. Terdengar tangisan di seberang sana yang membuat Reina memucat mendengar kabar jika Reifan dan Viola tewas mengenaskan di rumahnya. Ketakutan Reina semakin menjadi, kenapa kejadian aneh terus mereka alami.
"Ini bukan cuma kebetulan Al, aku yakin semua ini ada penyebabnya. Sejak liontin ini dibawa dari Villa begitu banyak kejadian buruk yang aku rasakan" ujar Reina menangis
"Semua hanya kebetulan sayang, kamu jangan percaya dengan hal itu"
"Al, tidak menutup kemungkinan jika kita berdua akan menjadi korban berikutnya"
Reina bertekad untuk mengembalikan liontin merah ini ke Villa, Alfaro berusaha menahan Reina karena kondisinya yang tidak baik, tapi Reina tetap bersikukuh untuk mengantarkan liontin ini ke asalnya.
Sore harinya, Reina meminta Alfaro mengantarnya. Alfaro menuruti permintaan Reina, pukul 5 sore mereka berangkat dari Rumah. Di tengah perjalanan Reina merasakan de javu, lagi-lagi bayangan anak kecil hadir di mimpinya.
"Sayang, kamu mengingau lagi"Alfaro mencoba menyadarkan Reina
Reina menarik nafas panjang mencoba menenangkan dirinya.
"Apa kita sudah sampai Al?" tanya Reina menatap Villa di hadapannya
"Iya"
Alfaro memarkirkan mobilnya, suasana yang mencekam pun seakan menyambut mereka. Reina ingat mengambil liontin ini di taman belakang Villa, ia meminta Alfaro menemaninya kesana.
"Aku menemukannya disini Al, aku harus menguburnya lagi agar gadis kecil itu bisa tenang"
Tapi saat Reina ingin menguburnya Alfaro mencegahnya.
"Kenapa Al?"
"Walau liontin ini di kubur, dia tetap gak akan tenang"
"Bukan kah ini miliknya? dia pasti ingin liontin ini kembali padanya"
Alfaro menggeleng, yang membuat Reina bingung.
"Dia akan jauh lebih tenang kalau pembunuhnya juga menyusulnya" ujar Alfaro
Tubuh Reina membeku saat sesuatu hangat mengalir di perutnya, ia menatap Alfaro sendu, air matanya meluruh merasakan tusukan pisau tepat di perutnya.
"Ke..kenapa kamu melakukan ini Al" ujar Reina terbata
"Aku ingin kamu mempertanggungjawabkan semuanya, Kalian menabrak adik aku di hari ulang tahunnya, liontin ini menjadi saksi perbuatan kalian. Ini hadiah yang aku berikan untuk Lila, adikku" ujar Alfaro mengenang kematian adiknya
Alfaro juga mengatakan jika ia melakukan pembunuhan terhadap Viola dan Reifan.
"Kalian harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kalian"
Reina tersenyum getir, yang membuat Alfaro menatapnya heran.
"Lila sudah memberitahu aku Al, kalau kematian aku ini membuat kamu bahagia, aku rela. Aku fikir cinta yang tulus bisa meruntuhkan dendam kamu, tapi ternyata aku salah. Aku cuma ingin kamu tahu Al, aku akan tetap mencintai kamu walau kamu membenci aku"lirih Reina dengan air mata yang mengalir
"Kak Reina gak bersalah kak, dia yang menolong Lila saat kecelakaan itu"
"Lila"
"Lupakan dendam kakak, aku gak mau kak Al terluka" pinta Lila
Alfaro berteriak memanggil adiknya saat bayangannya perlahan pergi. Al menatap Reina yang sudah membisu, ia memeluk erat Reina mengungkapkan penyesalannya dengan tangis yang menyesakan.