Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
DI BALIK KEBUTUHAN
2
Suka
5,778
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Semua pengamen tertunduk lemas, kecuali Adit  yang hanya diam menerawang jauh. Seolah tidak ada yang harus diselamatkan, pikirannya kosong. Kemudian seorang lelaki paruh baya muncul dari sebuah ruangan. Tubuhnya tegap, atletis dan dilengkapi seragam yang rapi. Ia tersenyum, tapi tak mendapat balasan.

“Adit bisakah kamu bicara dengan saya?” Kumis tebalnya bergetar. Nama dan sosok Adit sudah begitu melekat dalam ingatan.

Adit mengekori langkah kaki petugas itu. Mereka duduk berhadapan dengan dibatasi oleh sebuah meja yang tidak terlalu besar, meja yang masih tetap sama. Masih tetap penuh dengan kertas-kertas yang ditindihkan dan warnanya masih coklat mengkilap.

“Belasan kali tertangkap tidak membuat kalian jera rupanya.” Lelaki itu mulai angkat bicara.

“Kami butuh uang sekolah.” Tanpa mengangkat kepala, Adit menjawab dengan datar.

“Tapi kalian sudah berjanji tidak akan mengulangi lagi!” Lelaki itu memijat pelipisnya. Mungkin kekacauan hari ini cukup menimbun tugas di bahunya. “Huhft….”

“Kalau tidak berjanji, kami tidak akan dilepaskan bukan!?” sambung Adit dengan keyakinan. Alisnya terangkat sebelah.

“Perbuatan kalian merusak pemandangan kota, wisatawan akan sangat terganggu. Belum lagi kemacetan yang terus bertambah dan menyusahkan para pengendara. Apa kalian tidak mau kota ini menjadi kota yang tertib dan mendapat pujian dari wisatawan? Hal itu akan sangat menguntungkan Dit, pemasukan negara akan terus bertambah.” Lelaki itu terus meyakinkan Adit.

“Kenapa harus tuan rumah yang mengalah?” Adit mulai menegakkan kepalanya dengan sangat sempurna.

“Bukankah Adit yang selalu ingin ada kemajuan untuk kota dan negara ini? Lalu mengapa Adit tidak mau membantu kemajuan itu?”

“Walau hanya pengamen, kami akan mengubah kota ini menjadi lebih maju dan ramah kepada tuan rumahnya bukan hanya pada tamunya saja.” Adit kembali menundukkan kepala.

“Adit pikirkanlah, semua tidak semudah itu!” Bujukkan lelaki itu seolah putus asa.

“Kami sudah memikirkannya Pak. Kami ngamen untuk sekolah, bukan hura-hura. Kami juga perlu perhatian dari negara dan kota ini, kamilah yang seharusnya diperhatikan bukan wisatawan-wisatawan itu. Apa peduli kami dengan mereka!? Ini kota dan negara kami!” Adit beranjak dari tepat duduknya menuju pintu keluar.

“Bapak akan mengantarkan kalian pulang.”

Adit berhenti. Lelaki paruh baya itu menarik lengan Adit untuk pulang. Pikiran Adit tiba-tiba mengarah pada sesuatu.

“Terima kasih sudah bersikap baik pada kami. Kami akan berhenti setelah tamat sekolah dan bekerja dengan layak.”

Lelaki itu melempar senyuman yang khas. Senyum ketulusan dan kasihan. Keduanya meninggalkan ruangan dengan diam. Mereka diam tanpa ada yang berani angkat bicara lagi. Tidak ada yang berani mencairkan suasana yang telah membeku. Tidak ada yang bisa disalahkan dan tidak ada yang bisa dibenarkan. Jalani saja.

-TAMAT-

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
SELALU ADA RUANG UNTUK PULANG
Ifha Karima
Novel
Sang Multitalenta : Tahun Pertama
M. Ferdiansyah
Flash
DI BALIK KEBUTUHAN
Senna Simbolon
Flash
Bronze
Istri Pengarang
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Milli & Lika
windra yuniarsih
Cerpen
Terlalu Bodoh Untuk Jadi Kenyataan
Kosong/Satu
Novel
Bronze
Sekali Lagi
Moon
Novel
Detik Masa
Nurul Jefa
Flash
Bronze
Love In Jakarta
Herman Sim
Cerpen
Bronze
Keterikatan Abadi
B12
Flash
Akibat Tidak Bilang Tidak
NUR C
Flash
Bronze
Arah Ayah
Nuel Lubis
Novel
Bronze
Ilusi Belaka
AyundaFransisOctavia
Novel
Gadis Tanpa Nama
Husni Magz
Flash
Kuning Langsat
Lisa
Rekomendasi
Flash
DI BALIK KEBUTUHAN
Senna Simbolon
Novel
Putih Yang Menyamar Hitam
Senna Simbolon
Novel
Batak Pride
Senna Simbolon
Novel
Sepi dan Emosi
Senna Simbolon
Flash
MENOLAK RASA
Senna Simbolon
Skrip Film
LANDAK TANPA PERSAHABATAN
Senna Simbolon