Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
DI BALIK KEBUTUHAN
2
Suka
11,107
Dibaca

Semua pengamen tertunduk lemas, kecuali Adit  yang hanya diam menerawang jauh. Seolah tidak ada yang harus diselamatkan, pikirannya kosong. Kemudian seorang lelaki paruh baya muncul dari sebuah ruangan. Tubuhnya tegap, atletis dan dilengkapi seragam yang rapi. Ia tersenyum, tapi tak mendapat balasan.

“Adit bisakah kamu bicara dengan saya?” Kumis tebalnya bergetar. Nama dan sosok Adit sudah begitu melekat dalam ingatan.

Adit mengekori langkah kaki petugas itu. Mereka duduk berhadapan dengan dibatasi oleh sebuah meja yang tidak terlalu besar, meja yang masih tetap sama. Masih tetap penuh dengan kertas-kertas yang ditindihkan dan warnanya masih coklat mengkilap.

“Belasan kali tertangkap tidak membuat kalian jera rupanya.” Lelaki itu mulai angkat bicara.

“Kami butuh uang sekolah.” Tanpa mengangkat kepala, Adit menjawab dengan datar.

“Tapi kalian sudah berjanji tidak akan mengulangi lagi!” Lelaki itu memijat pelipisnya. Mungkin kekacauan hari ini cukup menimbun tugas di bahunya. “Huhft….”

“Kalau tidak berjanji, kami tidak akan dilepaskan bukan!?” sambung Adit dengan keyakinan. Alisnya terangkat sebelah.

“Perbuatan kalian merusak pemandangan kota, wisatawan akan sangat terganggu. Belum lagi kemacetan yang terus bertambah dan menyusahkan para pengendara. Apa kalian tidak mau kota ini menjadi kota yang tertib dan mendapat pujian dari wisatawan? Hal itu akan sangat menguntungkan Dit, pemasukan negara akan terus bertambah.” Lelaki itu terus meyakinkan Adit.

“Kenapa harus tuan rumah yang mengalah?” Adit mulai menegakkan kepalanya dengan sangat sempurna.

“Bukankah Adit yang selalu ingin ada kemajuan untuk kota dan negara ini? Lalu mengapa Adit tidak mau membantu kemajuan itu?”

“Walau hanya pengamen, kami akan mengubah kota ini menjadi lebih maju dan ramah kepada tuan rumahnya bukan hanya pada tamunya saja.” Adit kembali menundukkan kepala.

“Adit pikirkanlah, semua tidak semudah itu!” Bujukkan lelaki itu seolah putus asa.

“Kami sudah memikirkannya Pak. Kami ngamen untuk sekolah, bukan hura-hura. Kami juga perlu perhatian dari negara dan kota ini, kamilah yang seharusnya diperhatikan bukan wisatawan-wisatawan itu. Apa peduli kami dengan mereka!? Ini kota dan negara kami!” Adit beranjak dari tepat duduknya menuju pintu keluar.

“Bapak akan mengantarkan kalian pulang.”

Adit berhenti. Lelaki paruh baya itu menarik lengan Adit untuk pulang. Pikiran Adit tiba-tiba mengarah pada sesuatu.

“Terima kasih sudah bersikap baik pada kami. Kami akan berhenti setelah tamat sekolah dan bekerja dengan layak.”

Lelaki itu melempar senyuman yang khas. Senyum ketulusan dan kasihan. Keduanya meninggalkan ruangan dengan diam. Mereka diam tanpa ada yang berani angkat bicara lagi. Tidak ada yang berani mencairkan suasana yang telah membeku. Tidak ada yang bisa disalahkan dan tidak ada yang bisa dibenarkan. Jalani saja.

-TAMAT-

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
DI BALIK KEBUTUHAN
Senna Simbolon
Novel
soul
Syifa Nabilah
Novel
Raden dan Elris
Ira A. Margireta
Skrip Film
Marry Rich Society: Sebuah Panduan Menikah Kaya di Abad 21
Marcel Rustandie
Flash
Bronze
Joe Sang Kapten
Onet Adithia Rizlan
Flash
Bronze
Dan Bandung
B12
Novel
Relay
Lyinspi
Flash
Bronze
What If (part 1)
Nita Roviana
Novel
Bronze
JOMBLO HALU
SITI NUR AISYAH
Flash
Selamat Pagi Tugas, Tisha
Martha Z. ElKutuby
Skrip Film
Kisah Laki
indra candra
Skrip Film
THE SUN IS BLUE | SCRIPT
Ri(n)Jani
Flash
Seorang Operator Telepon di Negara Dunia Ketiga
Hendra Purnama
Novel
MetaMorphoo
Zaeni Dwi Octa Pitaloka
Flash
Mitos
IyoniAe
Rekomendasi
Flash
DI BALIK KEBUTUHAN
Senna Simbolon
Flash
MENOLAK RASA
Senna Simbolon
Novel
Putih Yang Menyamar Hitam
Senna Simbolon
Novel
Batak Pride
Senna Simbolon
Novel
Sepi dan Emosi
Senna Simbolon
Skrip Film
LANDAK TANPA PERSAHABATAN
Senna Simbolon