Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Dancing Cafe
4
Suka
8,714
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Berada di salah satu sudut perempatan terkemuka di kota tua ini, berdiri kedai kopimu. Kedai kopi yang tidak terlalu besar, mungkin hanya untuk sekitar sepuluh pengunjung saja. Itu pun mereka yang datang hanya ingin menikmati secangkir kopimu. 

Di saat malam, interiornya menyampaikan kehangatan dengan dominasi meja kursi kayu pinus yang mengguratkan alur serat yang khas, dipadu dengan bantal-bantal lembut berwarna marun yang cukup gelap. Di salah satu sudutnya berdiri sebuah rak buku. Beberapa novel klasik karya penulis-penulis besar dunia macam Shakespeare, Twain, Hemingway, Tolstoy berjajar.

Di samping rak buku itu berdiri sebuah jukebox legendaris bermerek “Rock-Ola” dengan lampu warna-warni klasiknya. Didominasi dengan koleksi piringan hitam lagu-lagu yang pernah Hits di tahun ’60-70 an, jukebox ini memberikan nuansa audio tersendiri bagi para pengunjungnya. 

Saat aku berada di sini, kamu tahu benar aku banyak menghabiskan koin-koinku untuk memutar lagu yang ada di dalamnya. 

Sayang kamu tidak pernah mau kuajak berdansa saat piringan hitam itu sedang diputar.

 “Don’t even think! I’m tired. And tomorrow will be busy as usually. So, stop your stupid act. Keep it in your stupid minds!” jawabmu setiap kali aku mengajakmu berdansa.

***

Kuputar cangkir kopi yang tinggal sepertiga saja isinya. Sebuah racikan kopi robusta yang cukup pahit buat lidah orang kebanyakan. Bukan kopi favoritku. Ini hanya sebuah substitusi dari minuman yang tak kudapatkan lagi di sini. 

Sudah setahun ini aku tidak menemui menu espresso di kedaimu. Menurutmu, kamu sudah tidak dapat lagi mendapatkan bahan bakunya dengan mudah dan dengan harga yang terjangkau. Pun, penikmat espresso hanya sedikit. 

Menurutku, itu hanya alasanmu untuk menolak keinginanku mengajakmu berdansa.  

“Kamu tidak suka kopi itu?” 

“Bukan cangkir pertama kopi serupa yang menemaniku setahun belakangan ini,” jawabku.

“Aku minta maaf tidak menyediakan espresso lagi buatmu, meski aku tahu kamu sangat menyukainya.”

“Tidak ada masalah. Bukan aku saja yang menjadi pelangganmu.”

“Tapi kopi ini tak senikmat espresso kesukaanmu.”

“Aku bisa mendapatkan espresso di kedai lain. Tapi aku tidak pernah pergi ke sana. Kamu tahu alasanku, kan?”

“Mungkin kamu kemari untuk melihat Maria, karyawanku yang cantik itu? Jangan marah dan tersinggung, tapi, aku tahu kamu cukup lama sendiri. Tidak ada salahnya kamu mendekatinya. Dia cukup cantik bukan?”

“Aku bahkan tidak tahu yang mana karyawanmu yang bernama Maria itu.”

Aku meraih gagang cangkir itu perlahan. Sekali tenggak isinya sudah berpindah tempat. “Lihat, aku menghabiskannya. Seperti cangkir-cangkir sebelumnya. Tandas.” 

Kuraih mantel di sandaran kursi. “Terima kasih kopi dan waktunya. Adios.” 

Kamu terhenyak.

 “Knock, knock, knock.”

Hujan deras membasahi kaca. Aku tidak sedang mengharapkan kedatangan tamu tengah malam seperti ini.

Ketukan di pintu kembali terdengar. 

Malas kubuka pintu. Kamu berdiri di depanku dengan mantel basah kuyup.

Detak jantungku mengeras. 

“Apa yang kamu lakukan di sini? Masuklah. Lepas mantelmu sebelum masuk angin.”

Langkahmu ragu memasuki kamarku. Tubuhmu menggigil kedinginan.

“Tidakkah besok kamu masih harus mengurus kedai?”

“Kedai tutup besok. Aku ingin libur sejenak.”

“Tutup?”

“Ya. Anak-anak perlu rehat juga. Aku tidak ingin mereka jenuh dengan pekerjaannya.”

“Lantas, kenapa kamu tidak pulang dan istirahat?”

Matamu mencari mataku. Bibirmu yang beku bergetar sendu. “Aku ingin berdansa denganmu.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Dancing Cafe
Didik Suharsono
Novel
Bronze
Arah Pulang
Jejak Kenangan
Novel
Bronze
Asa : Harapan dan Cinta
Dini Larasati
Komik
is this a cliché story?
Ratu Tiara Jayaputri
Novel
Bronze
Inefabble
Salsabila Fiska Anindita
Novel
Miss Lampir
Catrenaa
Novel
Mawar Biru
zee astri
Novel
Bronze
Closer, Later
windra yuniarsih
Novel
CINLOV
Frasyahira
Cerpen
Good Parts
Genie
Novel
Bronze
Binar Sendu
Permatasari
Novel
Sementara
Mega Rohayana
Novel
Bronze
Kita yang Dipaksa Mati Berkali-kali
Adel Yuhendra
Novel
Bronze
Jingga dan senja
Dewi Eka Saputri
Flash
Ibu Kota
Ikal
Rekomendasi
Flash
Dancing Cafe
Didik Suharsono
Novel
NAMIDA
Didik Suharsono
Novel
Family Bound
Didik Suharsono
Skrip Film
Lady Advocate (Script)
Didik Suharsono
Flash
Broken Angel
Didik Suharsono