Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
7 Hari Berlalu
3
Suka
5,728
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kata orang, ketika cinta sejati sudah pergi ia tak akan kembali. Tapi aku tidak percaya. Seperti halnya senja yang akan datang kembali pada langit kelabu. Cinta sejati pun sama.

“Hai namaku Adi. Aditya.” Katanya mengulurkan tangan kepadaku.

Aku hanya melirik tanpa berniat mengulurkan tanganku.

“Kamu aku beri kesempatan panggil aku Adi, artinya aku mau kenal sama kamu.”

Aku mengernyit bingung, lalu apa urusannya denganku. Entah Adi, Adit atau Tya sekalipun, aku tidak ingin berkenalan dengan dia.

“Kata orang, kamu setiap sore kesini ya? Mereka bilang ini tempat kamu mencari ketenangan dari kesedihanmu.”

Aku menatapnya sebentar, “tahu apa kamu?”

“Aku tidak tahu apa-apa. Kamu bisa menjadikan aku teman bercerita.”

“Aku tidak mengenalmu,”  

Aku teringat hari pertama ia datang mengajakku berkenalan, tapi tidak kutanggapi. Iya, namanya Adi.

Hari pertama ia memberiku payung, karena musim hujan sudah tiba. Payung hijau lumut yang tanpa dia tahu selalu kugunakan setiap hari.

Hari kedua ia memberiku bolpoin kepala bebek berwarna kuning. Katanya untukku menulis.

Hari ketiga ia memberiku buku harian. Katanya untuk di pasangkan dengan bolpoin darinya.

Hari keempat ia membawakanku minuman varian boba yang sedang banyak di minati orang. Katanya aku tidak boleh larut bersedih.

Hari itu aku sedikit melunak, aku bersedia menyapa dan berteman.

Hari kelima, aku bahkan sengaja menunggunya. Tidak lupa ia membawakanku sepasang kaos kaki warna putih tulang, tidak lupa aksen kucing di ujungnya.

Kita tertawa menunggu senja menghilang. Bahagia sesederhana ini.

Hari keenam, ia datang membawa sepatu untukku. Ukurannya pas di kakiku, “pakai berpasangan dengan kaos kakinya ya.” Katanya sore itu.

Hari ketujuh, sedikit berbeda. Ia datang dengan wajah pasinya, kutanyai apa yang terjadi. Adi menjawab, “tidak apa. Aku hanya bersedih tidak bisa bertemu denganmu lama.” Aku tertawa mendengarnya, “tidak apa. Kamu boleh pulang cepat sebelum matahari tenggelam. Masih ada hari esok.” Tetapi Adi menatapku sendu. Aku benar bukan, bukankah esok kita masih dapat berjumpa dan melihat senja bersama seperti biasa.

“Bisakah sedikit lebih lama lagi kita berada di sini?”

“Untuk apa?”

“Ah tidak, kamu harus segera pulang. Sebentar lagi hujan, kamu bisa sakit. Jangan lupa pakai payungnya.” Aku tersenyum mengangguk.

Hari kedelapan, aku sedikit gusar, matahari sudah benar-benar akan hilang tapi Adi tidak datang menemuiku seperti tujuh hari kemarin. Padahal aku menunggu. Pada akhirnya sore ini aku melihat senja menutup hari seorang diri. Tanpa Adi.

Hari terus berlalu, aku tetap berjalan bersama segenggam rasa yang masih terselip di tempatnya, duduk di bangku taman yang sudah kusam namun terlihat aesthetic, tidak lupa payung hijau lumut yang kau berikan di hari pertama. Aku mengambil pena berhias sebuah kepala bebek tersenyum berwarna kuning, padahal dulu aku menolak mentah-mentah bolpoin seperti kepala ayam yang ternyata kepala bebek ini.

Bersama senja, aku mendekap rindu yang tak terukur. Aku menunggu.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
aku kirain Adi gak datang di hari ke 8 karena meninggal sakit, tapi aku lebih suka endingnya yang ini, ending yang membuat harapan besar supaya kelak Adi dan karakter utama bisa berjodoh. 🤗 ❣️❣️❣️❣️1/2/❣️❣️❣️❣️❣️ alias 4.5/10 dari saya. 🤗🙏
Jadi ingat masa kecil, punya pensil bebek😂
Rekomendasi dari Drama
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Novel
Galih & Alana
Larasatiameera
Flash
7 Hari Berlalu
Yuanita Faridatun Ni'mah
Flash
TERISOLASI
zae_suk
Flash
Touch Your Heart
Dew
Cerpen
Bronze
Ternyata Ka'bah Tidak Melayang-layang
Agus Fahri Husein
Flash
Titik Elaborasi
Chika Manupada
Flash
Bronze
Kenapa Kita Berpisah?
lidia afrianti
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Novel
A Missing Part
Rara Rahmadani
Novel
PARADOKS
Robin Wijaya
Novel
Bronze
Heart Calling (Serah Attona)
Ruceh Simanjuntak
Novel
A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo
Anis Maryani
Novel
Bronze
Sujud Terakhir Bapak
Alfian N. Budiarto
Novel
Bronze
Jadikan Aku Islam ~Novel~
Herman Sim
Rekomendasi
Flash
7 Hari Berlalu
Yuanita Faridatun Ni'mah
Novel
Bronze
Campuri urusanku Tuhan
Yuanita Faridatun Ni'mah
Flash
Surat Kabar
Yuanita Faridatun Ni'mah
Novel
Bronze
Al Kamayel
Yuanita Faridatun Ni'mah
Flash
Suara Hati FM
Yuanita Faridatun Ni'mah
Novel
Ber-gelar?
Yuanita Faridatun Ni'mah