Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Banyak cerita orang yang banyak kudengar cinta adalah monster yang mengerikan. Entahlah aku antara yakin dan tak yakin. Apakah ini cinta apa ngak dengan seorang wanita yang aku berteman. 2 tahun aku sudah mengenalnya.
*Triiiiiinggg
"Halo?"
"Iya, Baik. Kamu?"
"Kenapa? Aku jemput?"
"Biasa? Oo ok ay"
Sesuai kriteriaku, ia tinggi, putih namun agak kuning langsat, rambut bondol dan perawakannya agak kurus namun tidak kurus. Kriteria yang aku impikan sejak aku masih SMA dan sekarang.
"Hai?" Wanita itu datang berbusana sangat cantik hari ini
"Hai.... "
"Udah lama?"
"Baru 15 menitan."
"Udah pesen makan? Bentar.. MAS?" katanya sambil memanggil pelayan.
"Iya Mbak?"
"Saya mau pesen ini sama ini.. Ini juga.. minumnya ini. Kamu?"
"Aku... Ini... Sama ini saja."
"Minumnya?"
"Sama aja kayak kamu pesan."
"Itu aja mas. Terima kasih."
Suaranya merdu bak penyanyi padahal ia hanya seorang kantoran dan dia juga bosnya. Bukan dari kerja kerasnya dari ia cerita. Nyaman rasanya dekatnya dan kangen saat berjauhan.
"Aku udah ada pesan kamar. Aku ada hadiah untukmu disana."
"Oiya? Dalam rangka apa ini?"
"Habis ini kita kesana."
Ia tersenyum dan melanjutkan makan. Selesai makan kami beranjak ke parkiran mengambil mobil dan menuju hotel itu.
"Di disitu."
"Wah... Disini? "
Ia turun dari mobil. Kami beranjak masuk ke dalam hotel itu. Setelah check in tadi pagi kami langsung saja ke kamar itu. Aku melihat jam di tangan 23.40.
"Tinggal 1 pintu lagi nanti aku mau kamu tutup mata." Kataku saat di lift.
"Sangat kejutan ya?"
Aku tersenyum
*Ting
Pintu lift terbuka kami keluar ke kamar spesial itu.
"1 pintu lagi." kataku sambil melihat jam di tangan menunjukkan pukul 23.58. Ia pun menutup matanya dan memegang tanganku sebagai penuntunya ke kamar itu dan tepat di depan kamar itu bernomor 069.
"Iih.. Mana sih?" katanya gemas.
"Sabar.." aku melihat jam sudah jarum panjang di angka 10. 10 detik lagi menuju 00.00. Aku menggambil kunci di saku untuk membuka pintu kamar.
" Satu.. Dua.. Tigaaaa." aba abaku ia langsung membuka matanya.
Ruangan yang aku hias sendiri untuk ulang tahunnya mungkin ia lupa karena terlalu sibuk bekerja padahal biasanya wanita jarang lupa hal beginian. Penuh warna pink dari balon, hiasan ulang tahun dan sebuah kue bergambar wajahnya yang aku pesan dengan bergambar wajahnya.
"Wah.. Cantiknya... Waww.. "
"Selamat ulang tahun."
Ia memelukku pelan.
"Bentar aku ambil piring sama pisau di tas."
"Iya....." katanya masih terpana
Aku berjalan menuju ke tas agak diujung dekat kamar mandi. Saat hendak membuka resleting aku mendengar suaranya seperti telponan.
"Piring dan pisau untuk kuenya."
Wajahnya berubah yang tadi senang berubah jadi serius dan agak bingung. Ia langsung memelukku.
"Aku minta maaf."
"Maaf kenapa? Tidak ada yang salah yang kamu buat." kataku sambil mengelus wajahnya.
"Maaf aku harus pergi sekarang suamiku sudah di bandara ia sudah pulang. Diluar perkiraanku."
"Tiba tiba ya.. Hehehe.."
"Mungkin kita bisa jumpa lagi nanti."
"Oiya.. Mau aku ambilkan taksi?"
"Ngak usah, Ia sudah kirim taksi untuk menjemputku."
"Oo.. Gitu.."
Ia pergi berjalan keluar dan berbegas pergi keluar.
"Oiya.. Bayarannya di kasur untuk malam ini."
"Ok. Terima kasih."