Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Napasnya tersengal membawa beban di tubuh. Orang-orang bisa saja pergi ke dokter kandungan, tapi itu tidak mungkin baginya. Sejak tahu kehamilannya, orang rumah menutup pintu untuknya. Tidak ada uang, tidak ada bantuan, tidak pula kenalan yang akan menuntun. Malam ini, dia sendirian berkelana, mencari tempat sepi untuk calon bayinya. Terserah bagaimana nanti, cukup Tuhan baginya.
Tampak sebuah rumah dengan pagar terbuka. Di sisi rumah ada sebuah gudang terbuka. Dia memasukinya dengan gemetar, berharap tidak ada yang melihat. “Pokoknya putusin pacarmu itu! Ngapain kalian berduaan di gudang?” Suara keras seorang pria mengagetkannya. Buru-buru dia masuk ke gudang. Terdengar pula suara gadis terisak di dekat pria itu. “Cinta harusnya nggak bikin akalmu mati, Lis!” Pria itu melanjutkan.
Dia tidak tahan lagi. Mudahan dia tidak berteriak. Mudahan tidak ada yang tahu.
Brak! Suara dari gudang membuat pria dan gadis itu tergopoh-gopoh. “Loh, pacarmu masih di sana?”
Pria dan gadis muda itu sama terkejut dengan dia yang baru selesai melahirkan. Mereka diam saling tatap.
“Nah, ini yang Bapak enggak mau terjadi sama kamu Lis. Pas susah begini ditinggal.” Pria itu berkata lagi, “ya sudah. Tolong bawa kardus dan selimut, biar mereka bisa kita rawat.” Gadis muda itu secepatnya menuruti ayahnya.
“Kucingnya siapa ini? Untung kamu ketemu laki-laki bertanggung jawab kayak aku,” ucap pria itu padanya.