Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Namaku Dinda, seorang gadis sederhana yang tinggal di sebuah perkampungan di kota Bandung.
Selama masa hidup aku ditemani oleh sosok sahabat. Sepuluh tahun berlalu hubungan persahabatan ini masih sempurna. Memiliki dua orang sahabat yang saling melengkapi serasa hidup di surganya dunia. Kami sempat terpisahkan karena menempuh pendidikan tinggi yang berbeda. Mereka adalah Gladys dan Amoera.
Sekarang, waktu mempertemukan kita kembali karena sudah menamatkan bangku perkuliahan.
Suatu hari, kami meet untuk pertama kalinya setalah sekian lama. Kami memutuskan untuk bertemu di tempat favorit yaitu di cafe samping danau yang ada di pinggiran kota Bandung.
Bercanda gurau menceritakan masa lalu dan kehidupan di rantau orang. Tak lupa juga membahas tentang hubungan asmara.
Ketika aku hendak pergi ke toilet dan bangkit dari tempat duduk, tiba-tiba...
"Braakk" aku tak sengaja menyenggol meja makan dan membuat beberapa barang berserakan termasuk,
"Ohhh tidak, handphone gue," ujar Gladys kaget karena handphonenya ikut terjatuh. Dan lebih mengerikan dalam keadaan retak.
"S-sory Glad, gue gak sengaja," ujar ku gugup karena melihat kemarahan sahabatnya untuk pertama kalinya.
Amoera mengambil handphone tersebut dan mengecek keadaannya. Dia menggelengkan kepala yang artinya bahwa benda pipih itu sudah hancur parah. Seketika Gladys mengambil paksa handphonenya dari tangan Amoera dan menatap tajam ke arahku.
"Gak cukup untuk kata maaf Din, lo mampu gak ganti ni handphone? Punya lo aja masih handphone kuno. Lo gak tau aja ini mahal belinya," ujar Gladys yang langsung membuatku mematung. Pasalnya, apa yang dikatakan Gladys emang benar. Aku adalah yang paling sederhana dari mereka. Tapi entah mengapa dia melihat perubahan dari Gladys.
"Lo, sebenarnya gak pantes buat temenan sama kita lagi."
"M-maksud lo?"
"Karena kita sebenarnya udah gak satu level untuk berteman, kehidupan lo sama aja kek dulu, ga berubah-ubah ubah," sindir Gladys.
"Lo ngomong kek gitu cuman perkara handphone lo yang jatuh? Karena itu lo mau mengakhiri persahabatan kita? Gue janji bakalan ganti Glad, tapi please jangan pergi ninggalin gue," ujarku memohon dan memegang tangannya.
Spontan, Gladys langsung menepis tanganku. "Hah? Ganti? Lo yakin mau ganti handphone gue yang harganya 10 kali lipat dari punyalo?" Setelah mengucapkan itu Gladys langsung pergi ke luar cafe
"Ra," ujarku memanggil Amoera yang sedari tadi hanya mereka mematung. "Lo gak bakalan tinggalin gue kan?, lanjutku.
"Maaf Din, apa yang dikatakan Gladys benar, kita emang gak selevel untuk berteman" ujarnya dan langsung pergi.
Kini tinggal aku sendirian dengan tangisan air mata. Aku tidak menyangka persahabatan yang sudah bertahun-tahun ini kandas cuman karena perkara handphone yang jatuh.