Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jalan Tol
4
Suka
19,038
Dibaca

Ipau sangat senang ada jalan tol di pulaunya. Setiap di warung Julak Mahmud, itu-itu saja bahasannya. “Pertama di pulau ini. Hebat kan,” ucap Ipau disambut anggukan-anggukan lelah. “Tapi, nanti bis-bis itu ndak laku Pau?” tanya Daeng Sanusi. “Lain jalur itu. Jalan ini bisa bikin kita tembus ke mana-mana. Cepat.” Sementara yang lain masih mencerna, Ipau bersuara lagi. “Ndak susah lagi Daeng antar istri berobat. Bisa Pak Yanto bolak-balik tiap hari berdagang di ibu kota. Julak Mahmud bisa datangin anaknya yang kuliah, biar warungnya kita yang jaga.” Kelakar Ipau dibalas tengokan gelisah Julak Mahmud yang sedang mengaduk kopi. “Kapan diresmikan jalan tol itu Pau? Ndak sempat aku baca berita. Kalian aja sumber beritaku.” “Tahun depan diresmikan langsung bisa dipakai Julak. Keren kan,” ujar Ipau bangga. “Berapa kita bayar tol nanti Pau?” tanya Pak Yanto menyeruput kopi. “Bah. Memangnya jalan di kampung, harus sumbangan? Ndaklah. Pemerintah yang bikin. Kita tinggal lewat aja,” balas Ipau.

Saking bangganya, dikabari keluarga mamaknya yang masih hidup di provinsi tetangga. “Tapi, buat mamak di sini, apa gunanya, Pau ?” Ipau tidak mau kalah. “Pokoknya kita harus bangga aja dulu, Mak. Pulau kita sekarang sudah maju.”

Ajakan bangga itu, ia tularkan pula ke ibu-ibu yang membeli pentolnya. “Sama-sama jalan beraspal, apa bedanya sih?” tanya seorang ibu. “Lebih lebar Bu. Lebih mulus jalannya,”jawab Ipau yakin.  “Berapa harus bayar tol nanti?” tanya ibu lain. “Wah, ndak bayar. Memangnya Ibu, pas kemarin bikin jalan, minta sumbangan ke mana-mana,” balas Ipau disambut tawa ibu-ibu.

Tapi, dua hari berikutnya di warung Julak Mahmud, Ipau menjadi pendiam. “Pau, betulkah nanti Presiden yang resmikan tol?” tanya Julak Mahmud. “Ikut nanti Pau. Selpih yang banyak kau sama Presiden,” kata Daeng Sanusi. Ipau hanya mengambil Hpnya dan langsung bercakap-cakap dengan perempuan tua. “... iya Mak. Baru tahu Ipau.” Ipau pun mematikan Hpnya. Pa Yanto segera mengambil pundak Ipau. “Sudah. Mudah-mudahan kita bisa beli mobil biar bisa lewat tol.” Di pikiran Ipau yang ruwet, suara ibu pembeli pentolnya terngiang lagi, “Duh, Om Ipau, kurang baca nih. Lewat tol itu bayar, motor bututmu mana bisa masuk. Jualan pentol di pinggiran tol juga nggak boleh. Lagian baru punya jalan tol satu aja bangga. Aku sering lewat tol, biasa aja.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Jalan Tol
lidhamaul
Novel
Sosmed, I'm Falling Love
Vsiliya Rahma
Novel
BIDADARI
Ri Chi Rich
Novel
Kisah Pewaris Cinta dan Harta
Dinar sen
Komik
Fix Yourself
Nova Amalina
Skrip Film
Let Me Show You
Noor Cholis Hakim
Skrip Film
ARA I Love You
Herumawan Prasetyo Adhie
Skrip Film
Setitik Nila
Boemi Prameswari
Flash
Bronze
Takdir Cinta
Reza Lestari
Flash
Kilat Karma
Athar Farha
Novel
CINTA 30 HARI
Bobby Septian
Novel
Jalan Untuk Pulang
Mitha Juniar
Novel
Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu)
Ruang Kenangan
Novel
Bronze
LAMUNAN CINTA
indahitusenja
Skrip Film
Nge-Band! 101
Yorandy Milan Soraga
Rekomendasi
Flash
Jalan Tol
lidhamaul
Novel
Delmina dan Sang Pembaca
lidhamaul
Flash
Pergaulan Bebas
lidhamaul
Cerpen
Empat Babak Menuju Kenyamanan
lidhamaul