Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Jika hal tidak menyenangkan terjadi secara berulang-ulang, kamu bakal mulai mempertanyakan kadar keberuntungan yang kamu miliki.
Laki-laki itu lebih pendek dariku, tapi kami tidak bisa bersama. Setelahnya adalah pemain sepak bola berpostur tinggi dan berambut keriting, tapi tetap dengan akhir serupa.
Seingatku, dua orang mendekatiku sehabis itu. Tidak lama, mereka menyerah.
Ada puluhan laki-laki yang sempat menjadi teman bicaraku. Kami tergelak karena obrolan acak, seperti menebak apakah si A mengenakan celana pendek atau tidak. Atau, apakah si B bakal menggunakan kaki kanan ketika melintasi pintu masuk sebuah kafe.
Aku sepertinya tidak akan pernah bisa memiliki pasangan hingga nyawaku terbang ke atas langit. Di sini, di atas bangku taman, aku kembali mempertanyakan takdir kisah percintaanku.
Saat laki-laki mendekat, aku sudah terlanjur jatuh cinta pada laki-laki berbeda. Sialnya, laki-laki yang kusukai juga selalu saja sudah memiliki orang yang mereka cintai. Inilah jinx-ku.
"Apa yang membuatmu suka pada mereka?" tanya temanku dengan jinx yang tidak kalah rumit.
"I'll go with the cliché," balasku.
"Apa?"
"Indah. Semua laki-laki yang kusukai memiliki keindahan. Kalau enggak fisik, ya hatinya."
"Owh! Aku merinding mendengarnya, jadi tolong jangan diteruskan." Kalimat temanku ini bukanlah pujian.
Aku hanyalah gadis yang lahir dengan jinx. Itu saja.
_