Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Semangat pagi Ibu-ibu, apa kabar semuanya?" Bu Lastri ketua PKK menyapa semua peserta yang hadir di kantor lurah.
"Baik Bu Ketuaa" seraya semua menjawab.
"Hari ini kita akan membahas pentingnya KB, untuk itu kita sudah mengundang Dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah yaitu Bu Dokter Mey, mari bersama kita sambut dengan semangat" lanjut Bu Lastri
Tepuk tangan meriah semua peserta.
"Kepada Bu Dokter waktu dan tempat kami persilahkan." Bu Lastri mempersilahkan dokter maju kedepan.
Sementara itu ada beberapa ibu peserta yang sibuk bergosip.
"Eh jeng itu liat gaun Bu ketua baru terus, pasti mahal yaa, aku belum pernah lihat tuh." ucap Bu Indah.
Bu Olin menambah, "Ehh iyaa deh, pertemuan lalu kan bajunya bukan itu, jadi malu deh kita bajunya itu-itu aja terus."
"Iya maklumlah, suaminya kan pejabat, gampanglah beli baju terus." terus Bu Silvia.
"Bu Ninda kan tetangganya, pasti tau dong bu ketua shopingnya kemana aja?!" tanya Bu Mega.
"Ga tau deh, kan gak pernah diajak hihihihi" jawab Bu Ninda.
Mereka tertawa, dan terdengar sampai kedepan.
Dokter Mey merasa terganggu dengan keributan dibelakang itu.
Langsung saja Bu Lastri mengambil Microphone "Ibu-ibu yang dibelakang lagi membahas apa yaa? Tolong hargai pembicara kita didepan loh"
Ibu-ibu itu pun saling sikut-sikutan.
"Jeng sih ketawanya besar" mulai saling tuduh.
Suasana semakin ribut.
"Tolong Bu Silvia, Bu Indah, Bu Mega, Bu Olin, Bu Ninda kedepan!" Bu Lastri tegas.
Semua yang dipanggil maju kedepan.
"Jadi apa yang ibu-ibu ributkan?" tanya Bu Lastri dengan suara lantang.
"Maaf bu ketua, tadi Bu Indah penasaran, baju bu ketua baru terus tiap pertemuan, bagus-bagus lagi. Beli dimana bu?"tanya Bu Mega menunduk.
"Ooo, tiba-tiba saya ingat sebuah cerita. Seorang gadis kelas 6 sd yang ingin sekali ikut lomba festival. Dia memberanikan diri mendaftar. Gurunya bilang boleh ikut kalo ada gaun. Anak itu pun pulang termenung, karna dari keluarga miskin, dia tidak mungkin bisa beli gaun apalagi untuk ikut festival. Lalu dia menangis pada ibunya supaya beli gaun agar bisa ikut festival. Hati ibunya sedih. Ibunya bilang, tenang aja, besok gaunmu sudah ada. Bangun pagi-pagi sekali, anak itu melihat gaun tergantung di jendela kaca. Dimatanya gaun itu sangat berkilauan disinari matahari pagi. Dia sangat senang riang. Dia melompat menemui ibunya dan mengucapkan banyak terimakasih. Ibunya pun tersenyum. Dengan mata mengantuk, Ibu itu mengantar anaknya kesekolah untuk ikut festival. Pulang festival, gadis itu bahagia dengan piala harapan 1 ditangan. Ibu meminta lagi gaun itu. Anaknya bertanya apakah itu gaun pinjaman, ibunya bilang tidak. Ibu mulai sibuk dengan gaun di mesin jahit. Ada yang dibuka, lalu dijahit lagi. Setelah sekian lama gadis itu memperhatikan ibunya sibuk di mesin jahit yang biasanya digunakan untuk menjahit pesanan langganan. Jari-jari telaten dengan plester di beberapa ujungnya, menari kain diatas mesin jahit. Ibu mengambil tali, mengikat tiap ujungnya. Jadilah gorden dipasang kembali di jendela kaca" lanjut Bu Lastri, "Kalian tahu siapa gadis itu?"
Semua peserta terdiam sejenak.
"Iya gadis itu saya" tutup Bu Lastri.
Semoga banyak yang baca