Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
The Umbrella
Waktu menunjukkan telah melewati magrib, hujan yang turun dengan lebatnya membuat Nera termangu di halte bis depan sekolahnya.
"Aaahh ada – ada aja deh. Gara – gara kecelakaan di depan tadi tuh, jadi macet banget gini.''
"Iya tuh. Serem banget. Mana hujannya gede banget lagi!''
Suara percakapan dua wanita yang berdiri disampingnya membuyarkan lamunannya.
"Itu bisnya kelihatan. Kita kesana aja yuk. Kelamaan tunggu sampai sini.''
Bergegas kedua wanita itu nekat melawan derasnya hujan untuk menuju bis yang diam di belakang beberapa mobil.
Sepeninggal kedua wanita itu, Nera melihat sesosok lelaki yang berdiri dengan wajah kuyu, seluruh tubuhnya basah oleh air, hingga terkesan ia tercemplung dalam kolam. Lelaki itu memeluk sesuatu kecil memanjang yang terbungkus plastik.
"Loh? Kenapa payungnya malah dibungkus plastik? Dia sendiri basah kuyup begitu?'' Batin Nera bingung, sambil ia memalingkan wajahnya cepat - cepat.
Terlambat baginya untuk menghindar. Lelaki itu mendekatinya perlahan. Nera spontan mundur.
"Maaf. Adek jangan takut. Saya hanya mau minta tolong.'' Suara laki – laki itu terdengar parau dan bergetar menahan dingin.
"Nama saya Irham.'' Lanjutnya makin gemetaran. Kali ini Nera menatap lelaki itu menunggu. Bergegas lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto wanita.
"Jika nanti dia sudah sampai sini, tolong adek sampaikan ini kepadanya ya, sampaikan maaf saya kepadanya, karena saya tak bisa menunggu lebih lama.''
Nera menatap bingung wajah penuh harap itu.
"Saya mohon. Dia namanya Sandra.''
Lelaki itu hampir berlutut jika saja Nera tak mencegahnya.
"Iya, iya! Baik!''
Setelah menerima payung berplastik itu, Nera hanya bisa terpaku menatap kepergian lelaki itu menembus derasnya hujan.
TIIIIIINNN!
Gubrak!
Nera tersentak kaget dari lamunannya. Seorang wanita turun dari bis sambil mengomel. Nera melongo menatapnya.
"Apa – apaan sih! Dari tadi telpon nggak diangkat! Tahu – tahu sekarang nggak aktif! Kelewatan banget jadi cowok! Nggak nepatin janji!''
"Apa lihat - lihat?!'' Sergah wanita itu melihat reaksi Nera yang memelototinya.
"Kak Sandra ya?''
Sandra menatap Nera curiga lalu menatap bungkusan transparan dalam pelukan Nera.
"Ah ini, tadi ada titipan buat kakak dari...''
"Kamu siapa? Ada hubungan apa kamu sama Irham?!''
"Ah iya itu. Saya?! Nggak ada kak. Tadi bang itu cuma...''
Sandra membuka bungkusan itu dengan gusar dan mengabaikan Nera.
"Ini benar payungku! Kenapa bisa ada di kamu?! Kamu siapanya Irham?! JAWAB!''
Ponsel Sandra berdering.
"Ah aktif juga dia! Halo! Mas tolong jangan permainkan saya! Halo? Apa? Ini siapa?''
Nera memperhatikan wajah Sandra yang marah berubah menjadi bergidik ngeri.
"APA?!" Pekik Sandra terhuyung.
"Kaaaaakkk!'' Spontan Nera menangkap tubuh Sandra yang terkulai pingsan dan meraih ponsel yang terjatuh.
"Halo... Ibu...? Ibu...?''
"Iya halo?'' Jawab Nera.
"Iya bu, sekali lagi ini dari kepolisian, bahwa saudara Irham mengalami tabrak lari dan meninggal di tempat sekitar 30 menit yang lalu. Jika ibu mengenal korban harap segera ke rumah sakit Perta. Kami tunggu ya bu, terima kasih.''
"Ba baik pak.'' Jawab Nera sangat syock.
Nera memungut payung berwarna merah polkadot putih dan berenda yang terjatuh di sebelah tangan Sandra. Nera meraba hiasan bordir di pinggiran payung tersebut.
"Sandra. Menikahlah denganku. Jadilah istriku dan aku akan menjadi payungmu selamanya.''