Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"TURUN! TURUN BANGSAT!" Suami menodongkan sebuah pisau ke arah Istri yang berada di kursi belakang.
"Gak bisa, Aku takut Baby." Istri terlihat gemetar. Keringat membanjiri tubuhnya.
"TURUN!" Suami menarik rambut sang Istri, menyeretnya keluar dari mobil dengan kasar.
Mereka berada di dermaga di tengah malam sehingga suasana sekitar benar-benar sepi dan kosong.
"LEPASIN! Baby kita bisa omongin baik-baik, Aku minta ma—" sebuah tinju mendarat telak di wajah Istri.
"DIEM GAK? MAU GUA SOBEK MULUT LU? Lu hancurin semuanya dan Lu minta maaf?"
"Aku mohon baby jangan gini... Kamu cinta sama Aku kan? Kamu cinta sama anak kita kan?" Air mata meleleh di pelupuk si Istri.
"Kalo Kamu cinta sama Aku, kenapa Kamu selingkuh? Kenapa harus Dion?
"Ini cuman salah paham baby, gak ada yang selingkuh. Sekarang kita omongin semuanya oke? Kita lurusin permasalahan kita sama Dion—Akhhh." Suami kembali menarik rambut sang Istri, bagasi belakang mobil terbuka.
"KA...KAMU. KENAPA?" Istri mulai histeris ketika melihat Dion di dalam bagasi mobil dalam keadaan mengenaskan.
"Liat selingkuhan Lu!" Sang Istri memalingkan wajahnya dari mayat Dion. "GUA BILANG LIAT! Maaf soal mukanya yang Gua ancurin."
"Pembunuh... hiks... Kamu pikir Kamu bisa kabur dari semua ini?"
"Lho? LO PIKIR GUA PEDULI? GUA UDAH GAK PEDULI LAGI! Sekarang giliran Gua buat nanya oke? Kenapa Lo selingkuh setelah 6 tahun pernikahan kita? Karena Gua jelek ya? Iya? Gua jelek ya?"
"Bukan gitu baby... hiks... Aku minta maaf... tolong lepasin Aku..." Istri mulai putus asa.
"Jadi bukan karena Gua jelek? Jadinya kenapa dong? Yaudahlah sekarang udah gak penting lagi." Suami mendekatkan pisaunya ke leher Istri.
"Oh iya honey, Kamu masih inget gak pas kita dulu anniversary bareng papah mamah? Waktu itu Kamu mabuk laut dan muntah selama perjalanan kapal, lucu ya. Lucu gak?"
"I...iya"
"Abis semuanya selesai aku bakal iketin batu gede ke mayat kalian berdua, setelah itu kalian bisa mabuk laut berdua untuk selamanya. Lucu banget."
"Ja...ngan baby." Suami menyentuhkan pisaunya ke leher Istri.
"Jangan nangis. JANGAN NANGIS! GUA BENCI LU, GUA BENCI, DEMI TUHAN GUA MUAK SAMA LU... FUCK I LOVE YOU. WHY WOULD YOU DO THIS TO ME?"
"TOLONGGGGGG! SIAPAPUN TOLONG!" Istri berhasil melepaskan diri dari Suami, ia berlari dengan sekuat tenaga.
"JANGAN LARI! LU CUMAN BIKIN SEMUANYA TAMBAH SUSAH! WOY—HAHAH DAPET LU BANGSAT! LU PIKIR LU MAU KEMANA? GAK ADA SIAPA-SIAPA." Suami berhasil menangkap kembali Istri.
"TOLONG. To...long Aku mohon siapapun." Istri kembali merasakan putus asa.
"Terus teriak gakpapa, mau Aku bantu? AHHHHHHH TOLONG! Liat? Gak ada siapa-siapa di sini." Suami memeluk Istri erat, air mata mengalir dari keduanya.
"You were supposed to love me! NOW BLEED, BITCH, BLEED! BLEED, BITCH, BLEED! BLEED!" Suami mulai menyayat tenggorokan Istri. Darah mengalir deras dari luka yang tergores dalam di leher perempuan itu.
Istri menggelepar bersimbah darah di pelukan Suami. Suara teriakan tercekat mengisi sunyinya malam di dermaga itu. Darah tertumpah di atas permukaan dermaga, mewarnai malam kelabu dengan warna merah pekat.
"I Love You." Suami mengecup pipi Istri yang sudah tidak bernyawa. Darah masih menetes dari luka besar di lehernya. Mayatnya tergeletak di atas genangan darahnya sendiri.