Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
AYAM JANTAN BERTELUR
7
Suka
6,212
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sebelas bulan bukan waktu yang wajar untuk menyimpan janin dalam kandungan. Sedikit pun Bato tak rasakan tanda-tanda kelahiran meski perutnya menggelayut nyaris jatuh. Pilihan terakhir Wora sebagai suami hanya membawa Bato pulang kampung untuk diperiksa nasibnya oleh sang rato dan dibantu persalinannya oleh keluarga. 

Begitu turun dari kuda, Bato disambut Nenek Lendi. Ingatannya selalu kembali pada tujuh kelahiran yang berakhir kematian di tangan perempuan tua yang mengelus perut Bato. Kelahiran kedelapan ini adalah kesepakatan puncak Bato dan Wora untuk hapuskan keinginan menjadi orang tua andaikan yang lahir hanya jabang bayi tanpa napas. 

“Sudah waktunya. Bayi ini ingin lahir di uma[1] kita. Tunggu saja di dalam. Biar Wora temui rato supaya dia kasih doa untuk kelancaran persalinanmu nanti.” 

Bato melihat suaminya berlari pergi membawa ayam jantan sebelum dia masuk ke dalam uma yang terus membayanginya dengan tangisan bayi. Nenek Lendi tak berhenti mengelus perut Bato hingga rasa mulas mulai terasa. Semakin nyeri hingga gelembung air terasa pecah begitu saja dan merembes di sela kaki Bato, membuatnya dipapah menuju bilik persalinan. 

Nyaris tiga jam, tak ada tanda-tanda kepala bayi itu mendobrak pintu dunia. Seluruh tubuh Nenek Lendi basah dan gemetar hebat. Dia tak tega memaksa Bato untuk mengejan lagi. Rona kemerahan Bato sirna, digantikan air muka pucat kesi. 

“Bisakah ... Wora ....” 

“Tidak! Laki-laki tak boleh masuk kemari. Jangan pernah langgar adat saat seperti ini, Bato.” 

“Tapi ... aku ... tak ....” 

“Kau kuat. Sedikit lagi.” 

Ketika Nenek Lendi mulai mengurut kembali, Wora menyeruak dari balik kelambu batas bilik. 

“Nenek Lendi, kau harus tahu ini.” 

Nenek Lendi menghampiri Wora yang membawa bakul bambu. Wora mengangkat ayam hasil ritual persembahan yang telah dipotong dan diramal oleh rato. Usus dan hatinya telah dibaca. Ada kotoran yang menyumbat di dalamnya. Itu sebab persalinan Bato tak lancar. Namun yang mencengangkan, perut ayam jantan itu berisi telur. Nenek Lendi nyaris roboh. Alam tak pernah salah memberi pertanda. Orang tua itu paham makna ayam jantan bertelur. 

Nenek Lendi meyakinkan Bato untuk mengejan kuat sekali lagi. Maka dalam hitungan ketiga, kepala bayi berhasil menjebol liang ibunya. Tangis bayi itu menggetarkan seolah menggugat dunia. 

“Begitu merah dan sehat.” Nenek Lendi berusaha menahan tangisnya di depan Bato. 

“Dia ... penunggang kudakah ... atau ... penenun kain, Nenek Lendi?” 

“Alam sudah mengatakannya lewat tubuh ayam persembahan.” 

“Jadi ....” 

“Ayam jantan itu bertelur cucuku.” 

Bilik persalinan menjadi saksi kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur dalam tangis empat manusia yang berbeda. 

*** 

[1] Uma : Rumah 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Jatuh Dari Langit
Joannes Rhino
Novel
Kin dan Mara
kearaami
Novel
LELAKI DITITIK NADIR
Bhina Wiriadinata
Flash
Ponsel
Rena Miya
Flash
AYAM JANTAN BERTELUR
Gusty Ayu Puspagathy
Novel
Semesta Kita
Elivia Nor
Novel
Langit Cinta Kota Fukuoka
A. FADHIL
Novel
Our Happiness
Nafidza Ainun Salsabila
Novel
Bronze
Rindu Senja
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Perjalanan Menghapus Noda
Cindy Cecillia
Flash
Bronze
Berkhayal
B12
Novel
Bronze
Dimensi Seperempat Abad
Ningrati Sumarto
Flash
Bronze
Mendung dan Bayangan
SIONE
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy F F
Novel
Bronze
Dokter dan Chef
Maria Goreti
Rekomendasi
Flash
AYAM JANTAN BERTELUR
Gusty Ayu Puspagathy
Flash
KOSONG
Gusty Ayu Puspagathy
Novel
Bronze
Kattok Mencari Dalang
Gusty Ayu Puspagathy
Flash
IDENTITAS
Gusty Ayu Puspagathy
Novel
MANTRA MERAH
Gusty Ayu Puspagathy
Skrip Film
11.47
Gusty Ayu Puspagathy
Skrip Film
Relation SHIP
Gusty Ayu Puspagathy