Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Misteri
ROH
4
Suka
8,948
Dibaca

Setibanya di depan gapura desa Randublatung, Budiman merasa tengah terjebak dalam kelengangan yang aneh. Jalan-jalan di perkampungan tampak sepi. Kemudian Budiman meneruskan perjalanannya.

Ketika Budiman sampai di pekarangan rumah Mbah Karim, dia tidak dapat menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya. Banyak warga berkumpul di rumah Mbah Karim, berdiri membisu ketika mereka melihat kedatangannya.

Budiman tak kuasa menahan air mata ketika dia sudah berdiri di samping tubuh Mbah Karim.

"Mbah, aku datang. Aku Budiman, Mbah," bisik Budiman.

Dan tubuh lemah di bawah kain surban itu tak kuasa memberi tanggapan apa pun.

Kemudian dia terduduk di tepi bale-bale bambu. Masih terlihat samar denyut nadi dipergelangan tangan Mbah Karim. Masih ada gerakan nafas halus naik turun di dada. Namun Budiman merasa Mbah Karim, sudah tak mampu lagi berkomunikasi dengan siapa pun.

Setelah mengusap wajah Mbah Karim dengan lembut, Budiman berdiri lalu membalikkan badan.

"Sedulur-sedulurku semua, apakah yang sebenarnya terjadi?" tanya Budiman.

Sepi. Tak terdengar suara yang segera menjawab.

“Mbok, apa sebenarnya yang terjadi?“ tanya Budiman kepada Mbok Paerah.

"Begini, cucuku wong bagus… " ucap Mbok Paerah lirih, namun dia tak kuasa untuk meneruskan ucapannya.

Mbok Paerah memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya ke belakang. Hingga akhirnya Mbok Paerah pun lelap di kursinya, tak kuasa untuk menahan rasa kantuk yang luar biasa.

Tiba-tiba cuping hidung Budiman bergerak-gerak. Dia mencium sesuatu, bukan bau kain surban Mbah Karim yang sering kali basah, bukan bau asap kemenyan tetapi sesuatu yang lain. Bau mayat. Dia mencondongkan muka melihat wajah Mbah Karim lebih dekat. Masih ada napas.

Ya, dari hembusan napas yang sangat pelan itu sudah tercium bau kematian. Kemudian dia menoleh kepada Mbok Paerah. Tidur, semuanya tidur.

Laailahaillallah. Laailahaillallah!”

Mbok, Mbok, Mbah Karim.. Mbok!” ucap lirih Budiman khawatir.

Mbok Paerah dan yang lainnya mendadak terbangun dan bergegas menghampiri Mbah Karim. Sudah tak terbendung lagi air mata Mbok Paerah menyaksikan tubuh suaminya yang terbaring menghadapi kematian.

Sejenak kemudian, Budiman melihat napas Mbah Karim tiba-tiba menjadi cepat. Kedua matanya mendadak terbuka penuh, mulutnya ternganga. Secara keseluruhan wajah Mbah Karim adalah gambar kengerian dan ketakutan yang amat sangat.

Kemudian suatu gerakan yang berasal dari perut dengan cepat naik ke dada dan berhenti tiba-tiba di tenggorokan. Mbah Karim seperti hendak terbatuk, namun yang terjadi hanyalah muntahan sedikit cairan. Itulah gerakan terakhir pada jasad yang sudah demikian lusuh.

Tak tersisa tenaga sedikit pun buat menutupkan kelopak mata atau mengatupkan mulut. Kini jasad Mbah Karim telah berjabat tangan dengan sang maut. Mbah Karim menjemput takdir kematiannya, bersama berlalunya sang waktu untuk kembali kepada Yang Maha Pencipta.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un," gumam Budiman yang diikuti yang lainnya.

Diusapnya wajah jasad Mbah Karim agar kelopak matanya tertutup. Diangkatnya rahang yang kini terpaut pada sepasang urat mati agar terkatup. Selimut kain diangkat sehingga menutup seluruh jasad Mbah Karim.

Perlahan-lahan Mbok Paerah mendekat ke bale-bale. Khidmat, dibukanya kain penutup hingga tampak wajah mendiang suaminya. Buat kesekian kali Mbok Paerah menatap citra kematian pada wajah tanpa hayat dan tanpa roh. Sama-sama tanpa roh, namun monumen yang terbuat dari jaringan organik memang tidak sama dengan tubuh yang sedang tidur.

Sangkan paraning dumadi.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Flash
ROH
DENI WIJAYA
Flash
MERAJUT
Alviona Himayatunisa
Flash
Midnight
Veninda Oktaviana
Flash
Panti Asuhan
Nunik Farida
Flash
Makan malam spesial
Jasmine23Pramestia
Flash
BUKU CATATAN HITAM
Deswara Syanjaya
Flash
Bronze
Biang Gila
Yuisurma
Flash
Panggilan Tengah Malam
Arsualas
Flash
Kurenggut Hidupnya
Via S Kim
Flash
Bronze
Telepati dengan Ciana
Nuel Lubis
Flash
Lukisan Bedhaya Ketawang (I)
Rifatia
Flash
Paket
Esti Farida
Flash
Penghuni Baru (Part II)
Cassandra Reina
Novel
Gold
KKPK Misteri Cermin Pengisap
Mizan Publishing
Flash
Apple
Fann Ardian
Rekomendasi
Flash
ROH
DENI WIJAYA
Cerpen
Surat Kecil Dari Kamboja
DENI WIJAYA
Flash
DAUN JATI BERBISIK
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
Saksi Terakhir
DENI WIJAYA
Novel
Menunggu Di Bandara El Tari
DENI WIJAYA
Novel
Menunggu Senja di Jembatan Semanggi
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
DAUN JATI BERBISIK
DENI WIJAYA
Flash
ANAK-ANAK KONGLOMERAT
DENI WIJAYA
Novel
Cinta Yang Dirindukan Surga
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
TRIAD
DENI WIJAYA
Skrip Film
Romeo Bukan Anak Jalanan
DENI WIJAYA
Flash
RUMAH BARU DI SURGA
DENI WIJAYA
Flash
SETENGAH PRIA SETENGAH WANITA
DENI WIJAYA
Flash
50 RIYAL
DENI WIJAYA
Flash
CATATAN JURNALIS DARI KAMBOJA
DENI WIJAYA