Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Kenangan Hujan
4
Suka
5,632
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku masih duduk termangu di teras, air hujan masih terlihat menetes dari beberapa dedaunan. Selalu seperti ini jika hujan turun, tak membuat bayanganmu hilang dari ingatan.

Di sini, beberapa bulan yang lalu, kamu masih duduk di sampingku. Kita berjanji akan menghabiskan waktu sampai tua nanti. Kita tersenyum malu-malu, saling pandang, lalu menautkan jari.

Nyatanya, kamu tak pernah kembali. Meninggalkanku dalam sepi.

"Dik, masuklah, sudah hampir malam." Sebuah suara membuyarkan lamunan. Seorang lelaki dengan kaus berwarna hitam tengah berdiri di ambang pintu, senyumnya merekah, berharap aku datang menghampirinya.

"Ah, iya. Aku akan segera masuk. Masuklah dulu," ucapku pada seorang lelaki yang sudah menjadi suamiku setahun yang lalu.

Lelaki itu mengangguk, lalu hilang di balik pintu.

Ah, andai kamu tahu bahwa aku masih di sini menunggumu, apakah kamu akan kembali? Menerimaku dengan segala kekurangan yang kumiliki? Apa kamu tahu bahwa aku di sini menderita?

Kutarik napas panjang untuk menenangkan diri, selalu seperti ini. Untungnya suamiku mengerti bahwa kamu adalah bagian dari hidupku, bayanganmu pun selalu tak bisa dia usir, dan dia memakluminya.

Salahkan aku, salahkan aku yang memaksamu untuk menerobos hujan berdua. Mengendarai sepeda hanya untuk merasakan indahnya cinta masa remaja yang tak pernah kita lalui.

Saat itu, kita memang tertawa bahagia, saling bercanda dan mengungkapkan rasa cinta. Sampai tak menyadari sebuah mobil dengan kecepatan tinggi membuat sepeda yang kita naiki terpelanting.

Masih terekam jelas saat kamu pergi, ada senyum di sana, senyum yang akan abadi di ingatanku selamanya.

"Dik, masih ingat dia?" Tiba-tiba suamiku datang, dia membawa sebuah jaket, menutupi tubuhku yang mulai kedinginan.

"Aku tak akan bisa melupakannya," ucapku pelan dengan air mata yang tak bisa dibendung lagi.

"Maaf," ucapnya lirih.

Aku terpaku, seribu kata maaf yang dia ucapkan, tak akan bisa mengembalikan kamu. Seandainya dia tak datang secara tiba-tiba, mungkin kamu pun masih ada, menemaniku.

Kuambil tongkat untuk berjalan yang setia berada di sampingku, lalu berjalan pelan ke arah pintu dengan susah payah.

"Pergilah jika kamu di sini hanya ingin menghapus dosa. Aku tak apa," ucapku pelan sambil memandangnya iba.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Kenangan Hujan
Anisa Ae
Novel
Bronze
When would it be
Ratna dila oktora
Novel
Bronze
Perempuan dan kuburan
Aljas Sahni H
Flash
Percikan Cinta
NUR C
Novel
Best Boyfriend
Muhammad Nasokha
Novel
Is It A Fake Love?
SunJe
Novel
Bronze
The Story of Azalea
Khairunnisa
Flash
Fatima
Faisal Susandi
Cerpen
Bronze
Masih Ku Ingat Kata-Katamu
Lian lubis
Novel
Gold
The Coffee Memory
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
Cinta SMA
Purnama Pani Sandra
Novel
Bronze
Sebuah Pengorbanan Sederhana
Yalie Airy
Novel
RESILIENSI
Asroruddin Zoechni
Novel
Gold
Mooncake
Noura Publishing
Novel
Bronze
My Hidden Love
Krisna Yosepha
Rekomendasi
Flash
Kenangan Hujan
Anisa Ae
Flash
Untuk Sebuah Rasa
Anisa Ae
Flash
Cinta Dalam Diam
Anisa Ae
Novel
Lisma Mencari Cinta
Anisa Ae