Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Kenangan Hujan
4
Suka
5,710
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku masih duduk termangu di teras, air hujan masih terlihat menetes dari beberapa dedaunan. Selalu seperti ini jika hujan turun, tak membuat bayanganmu hilang dari ingatan.

Di sini, beberapa bulan yang lalu, kamu masih duduk di sampingku. Kita berjanji akan menghabiskan waktu sampai tua nanti. Kita tersenyum malu-malu, saling pandang, lalu menautkan jari.

Nyatanya, kamu tak pernah kembali. Meninggalkanku dalam sepi.

"Dik, masuklah, sudah hampir malam." Sebuah suara membuyarkan lamunan. Seorang lelaki dengan kaus berwarna hitam tengah berdiri di ambang pintu, senyumnya merekah, berharap aku datang menghampirinya.

"Ah, iya. Aku akan segera masuk. Masuklah dulu," ucapku pada seorang lelaki yang sudah menjadi suamiku setahun yang lalu.

Lelaki itu mengangguk, lalu hilang di balik pintu.

Ah, andai kamu tahu bahwa aku masih di sini menunggumu, apakah kamu akan kembali? Menerimaku dengan segala kekurangan yang kumiliki? Apa kamu tahu bahwa aku di sini menderita?

Kutarik napas panjang untuk menenangkan diri, selalu seperti ini. Untungnya suamiku mengerti bahwa kamu adalah bagian dari hidupku, bayanganmu pun selalu tak bisa dia usir, dan dia memakluminya.

Salahkan aku, salahkan aku yang memaksamu untuk menerobos hujan berdua. Mengendarai sepeda hanya untuk merasakan indahnya cinta masa remaja yang tak pernah kita lalui.

Saat itu, kita memang tertawa bahagia, saling bercanda dan mengungkapkan rasa cinta. Sampai tak menyadari sebuah mobil dengan kecepatan tinggi membuat sepeda yang kita naiki terpelanting.

Masih terekam jelas saat kamu pergi, ada senyum di sana, senyum yang akan abadi di ingatanku selamanya.

"Dik, masih ingat dia?" Tiba-tiba suamiku datang, dia membawa sebuah jaket, menutupi tubuhku yang mulai kedinginan.

"Aku tak akan bisa melupakannya," ucapku pelan dengan air mata yang tak bisa dibendung lagi.

"Maaf," ucapnya lirih.

Aku terpaku, seribu kata maaf yang dia ucapkan, tak akan bisa mengembalikan kamu. Seandainya dia tak datang secara tiba-tiba, mungkin kamu pun masih ada, menemaniku.

Kuambil tongkat untuk berjalan yang setia berada di sampingku, lalu berjalan pelan ke arah pintu dengan susah payah.

"Pergilah jika kamu di sini hanya ingin menghapus dosa. Aku tak apa," ucapku pelan sambil memandangnya iba.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Kenangan Hujan
Anisa Ae
Novel
Gold
Kenang - Kenangan Seorang Wanita Pemalu
Bentang Pustaka
Novel
Jalan Cinta
Tina Agustiana
Novel
Bronze
Penantian Berharga
Syafina novita sari
Flash
Bronze
Sang Mantan
Sunarti
Cerpen
BOSS TO SCHOOL
Lala Nirmala
Novel
Bronze
Mutiara Dua Semesta
wildasukma
Novel
Bronze
CINTA MERAH SAGA
Agung Wahyu Prayitno
Novel
Bronze
DI kejar Dosa Masa Lalu
Pricilia Zhany
Novel
The Lost Love
FIDY
Novel
Gold
Backstreet = Bronis
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
I am Your Boss
Marion D'rossi
Novel
Bronze
Sepucuk surat di bawah meja
Dhea Meliani
Novel
Catatan Senja
Denesa Ekalista
Novel
Bronze
Love Speedometer
Kyna Nixie
Rekomendasi
Flash
Kenangan Hujan
Anisa Ae
Novel
Lisma Mencari Cinta
Anisa Ae
Flash
Untuk Sebuah Rasa
Anisa Ae
Flash
Cinta Dalam Diam
Anisa Ae