Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Today Tangga 1000
“Serius masih mau naik?”
“Gue yakin bakal rugi kalo gak naik,” jawab Naja.
“Ya udah elo naik aja sendiri,” suruh Danil. Ia masih ragu bisa naik ke atas puncak. “Takut kaki gue kram, Jaa.”
“Oke. Emang lo Yakin mau tunggu di sini?” ucap Naja menyakinkan yang di balas anggukan oleh Danil. “Hati-hati, lima jam kemudian baru gue turun!”
“Buset dah...,” kaget Danil. “Oke-oke gue ikut!”
Setelah berdebat kecil, Naja juga Danil kembali berjalan naik.
Naja bertanya, “Jam berapa Nil?”
Sesekali mereka berdua merapatkan jaket hitam masing-masing. Suhu dingin menusuk kulit begitu dalam, hingga Danil di sampingnya terus saja mengoceh.
“Sepuluh menit lagi jam enam. Pokoknya kalo di sana biasa aja, elo harus turunin gue dalam waktu satu menit, Jaa...!” tuntut Danil.
“Hahaha...gak mau! Siapa suruh ikut,” sela Naja.
“Yeeeeee...kan elo yang maksa gue dengan alasan mau move-on dari si Akila,” terang Danil.
“Udah gak usah bahas dia di sini. Dan alasan gue ke sini bukan hanya tujuan move on kali, gue emang ke sini karena mau beda aja. Kemarin gue ke Bali, kemarin lusa gue ke Bali dan lusanya lagi gue ke Bali dan satu minggu yang lalu gue ke Palembang. Jadi gue butuh tempat lain untuk tahu lebih banyak lagi, beda tempat beda cerita Nil. Intinya jangan mengaitkan move on gue dengan jalan-jalan.”
“Iya-iya...!”
“Ya udah fokus jalan lagi,” kata Naja.
“Sembilan ratus sembilan puluh sembilan, Jaa...seribu!” Danil terengah-engah.
“Yoi, gak perlu ke Cina ini mah!”
Pagi mulai menyambut ketika dua pemuda dari Ibu Kota tiba dengan kaki yang sudah berdiri di atas ketinggian bukit Sopai. Untuk sampai di sini benar-benar membutuhkan fisik dan mental yang kuat. Dan pada akhirnya kelelahan ini terbayar oleh perjalanan yang luar biasa indahnya. Di atas ketinggian 1.400 mdpl, 16 KM dari pusat kota Rantepao, Kabupaten Toraja, provinsi Sulawesi Selatan.
“Gila keren banget!” seru Naja takjub.
“Gue hampir rugi besar, Jaa!”
Keduanya terpaku dan amat terpesona, gumpalan awan putih yang membuat dua pemuda ini jatuh cinta tiba-tiba.
“Sumpah indah banget!” Danil tak henti-hentinya mengungkapkan rasa takjubnya. Hampir saja ia menyesal dan rugi kala memutuskan untuk tidak naik ke atas puncak.
“Gue gak kepikiran bakal seindah ini sih, Nil.”
“Bukan keren lagi Jaa, ini udah kece banget.” Danil kagum tiada henti, ternyata ada yang lebih seru dan menantang di sini.
Tak mau melewatkan panorama keindahan bukit Sopai, Naja diikuti Danil dengan sangat antusias membidik objek indah sesukanya. Kapan lagi mendapati gumplan awan putih ini.
Naja mulai mengarahkan kameranya dan segera membidik indahnya panorama alam bukit Sopai. Sedangkan Danil di belakangnya asik memotret para wisatawan mancanegara yang cantik-cantik.
Naja terkejut melihat hasil jepretannya barusan, di sana ada sosok gadis berwajah putih dengan rambut warna hitam yang di kuncir, mengenakan celana jeans hitam dengan cardigan berwarna coklat muda. Mulut Naja terbuka sedikit, jelas ia terpesona melihat kecantikan gadis itu.
“Apa gue bilang, Jaa. Secara tidak langsung elo bakal move on dari si Akila. Lo harus kenal sama tuh cewek.”
“Sama cantiknya sama bukit Sopai, Nil. Asli!”