Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam telah datang, seperti biasa aku berjalan tanpa arah hingga tiba di suatu jalan di taman. Hanya buku catatan yang menemaniku malam ini. Suara – suara penghias malampun nyaris tidak terdengar.
Udara cukup dingin karena hujan baru saja berhenti. Jalan masih basah oleh air. Hm... jalan yang kulalui saat ini terlalu sepi. Aku melangkahkan kaki ku menuju bawah jembatan yang tidak jauh dari tempatku berdiri.
Terdengar isak tangis di balik kolong jembatan itu. Aku pun mendatanginya.
Setelah tiba di bawah jembatan, aku melihat seorang anak kecil meringkuk di balik bayangan. Suara tangisnya jelas membuat lirih manusia yang mendengarnya. Tapi tidak bagiku.
“Sedang apa kamu sendirian di sini?” tanyaku.
Anak itu masih saja menangis. Aku mendekatkan tanganku untuk meraba kepalanya. Tangis anak itu pun berangsur pelan.
“Kenapa hidupku selalu ditimpa kesialan?” tanyanya padaku sambil terisak.
“Karena kamu kurang bersyukur,” jawabku.
“Aku selalu berdoa tiap hari, namun kenapa doaku tidak pernah di dengar?” tanyanya lagi.
Aku menghela napas sejenak. Aku mencoba merangkai kata untuk menjawabnya.
“Nak, apa kau pikir, yang kau minta untuk mengabulkan doamu, mau repot – repot mengubah nasib orang lain hanya agar kamu bahagia? Lagipula kebahagiaan itu sifatnya relatif. Kebahagiaan manusia bisa menjadi derita bagi manusia yang lain. Kenapa kau pikir kalau doamu akan dikabulkan?” jawabku dengan nada mengejek. “Lagipula, bisa jadi kau digunakan sebagai pemicu manusia lain untuk berbuat baik. Tapi bila manusia tidak berbuat baik kepadamu, maka anggap saja itu adalah jalan hidup yang harus kamu jalani. Hahaha.”
Tangis anak itu kembali kencang dan semakin kencang. Tubuhnya kini bersimbah darah. Ternyata anak itu adalah korban pembunuhan. Baru saja tadi siang dia mati. Aura hitam menyelimuti tubuhnya. Kini ia telah menjadi roh penasaran di tempat itu, sampai jasadnya ditemukan.
Aku melihat buku catatanku. Nama anak itu tidak ada di catatanku. Itu artinya, roh anak itu bukanlah urusanku. Lebih baik aku pergi mencari dia yang namanya tertulis di catatanku. Selamat menjadi roh penasaran. Hahaha.