Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kata orang jatuh itu sakit, tapi aku enggak, karena aku jatuh, jatuh hati sama kamu.
"Kak Arkaaannn!!!"
"Jangan dekat-dekat! Kamu ini masih kecil, tapi kenapa genit banget sih!"
Mia kecil tersenyum malu-malu, kedua kelopak matanya berkedip dengan begitu menggemaskan. "Beliin Mia permen lollypop ya Kak," pinta Mia dengan pandangan mata bulatnya menatap Arkan dengan penuh harap.
Sementara Arkan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku gadis kecil yang memiliki rentang usia lebih muda 7 tahun dari dirinya.
"Nanti gigi kamu sakit kalau kebanyakan makan permen." Arkan berusaha membujuk Mia untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu.
Jujur saja, Arkan sendiri merasa takjub dengan gadis kecil itu.
Karena setiap kali bertemu dengan dirinya, Mia selalu meminta berbagai cemilan manis kepadanya, seperti halnya sebuah permen serta cokelat.
Mia menarik ujung baju berbahan kaos yang Arkan kenakan, kedua matanya mulai tampak berkaca-kaca. "Kak, Mia mau permen."
Arkan mengacak rambutnya dengan kesal. Hingga tak lama kemudian, lelaki itu meraih tas ranselnya, mengeluarkan kantung plastik putih berukuran sedang, lalu menyerahkan kantung plastik itu kepada Mia.
Mia tersenyum gembira, meraih kantung plastik itu dengan kedua tangan mungilnya.
Jangan berpikir dulu, kalau Arkan lah yang dengan sukarela membelinya. Karena semua makanan manis itu, Arkan dapatkan secara gratis, itu semua Arkan dapatkan dari para penggemar setianya di sekolah.
Yap! Seorang Arkanza Bagaskara, memang sepopuler itu.
"Yeay! Makasih ya Kak Arkan ... Kak Arkan memang pangeran berkuda putihnya Mia. Mia sayang Kak Arkan." Mia langsung memeluk tubuh lelaki yang selalu ia anggap sebagai pangeran berkuda putihnya. Sementara Arkan hanya bisa menghembuskan nafasnya menahan rasa kesal, seolah dirinya memang harus selalu bersabar menghadapi tingkah laku gadis kecil dihadapannya itu.
●▪︎●▪︎●
Lelaki itu tersenyum, mengacak helai rambutnya sesaat, hingga kedua mata hitam legamnya, terpaku pada sosok gadis cantik yang berada dipandangan matanya.
"Kak Arkaaannn!!!"
Mendengar suara riang yang memanggil namanya, membuat Arkan mengulas senyumannya.
"Nggak bosen apa, permen terus yang lo makan. Nanti gigi lo sakit."
Mia menggelengkan kepalanya, "Nggak akan deh, Mia kan selalu rajin sikat gigi, jadi gigi Mia aman. Kak Arkan tenang saja."
Kalau sudah mendengar Mia membalas perkataannya dengan kata-kata seperti itu, seorang Arkan tidak akan bisa mendebatnya.
"Terserah deh, nggak akan menang juga kalau debat sama lo."
"Kamu... Kak Arkan, kenapa pakai lo-gue sih," ujar Mia memasang tampang cemberutnya.
"Ogah!" tandas Arkan, lalu melangkahkan kedua kakinya menjauh dari Mia.
Mia menghentakkan kedua kakinya dengan kesal, serta kedua tangan yang bersedekap. "Kak Arkaaannn, dasar nyebelin!"
Arkan tertawa, lelaki itu memutar tubuhnya kembali menghadap Mia, lalu dengan senyuman menawan andalannya, lelaki itu berkata, "Tapi lo sayang kan?"
Tak perlu waktu lama untuk menunggu jawaban dari gadis itu, karena Mia langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat, sembari mengembangkan senyuman manisnya.
"Sayaaannnggggg banget sama Kak Arkan!" seru Mia sembari berlari kecil menghampiri Arkan, sang pujaan hatinya.
Entah hal apa yang membuat seorang Arkanza Bagaskara berubah, yang dulunya ia begitu membenci sosok Mia, si gadis kecil yang selalu mengganggu hari-harinya.
Tapi sekarang, rasanya ... bahkan Arkan tidak sanggup, kalau tidak melihat sosok Mia dipandangan kedua matanya.
Jangan terlalu membenci, jika tak ingin terlalu mencintai.