Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Wangi lavender dari pengharum ruangan memenuhi ruang. Interior berwarna gading dengan cahaya lembut lampu kekuningan di beberapa titik memperkuat kesan mewah. Desta berdiri di pantry dengan segelas soft drink putih.
Diedarkannya pandangan. Sebuah meja di tengah ruang, telah ditata cantik untuk makan malam romantis. Dua tangkai mawar merah terlihat anggun dan indah. Satu-satunya bunga yang bisa menggambarkan kecantikan dan keanggunan Klara.
“Selamat ulang tahun, Sayang.” Masih terbayang binar bahagia di mata istrinya saat kata itu diucapkan. Bibir mungil yang tak pernah mengeluarkan kata-kata kasar itu, menyunggingkan senyuman tulus. Wajah itu terlihat bahagia berpasrah pada dua tangan yang menariknya ke dalam dekapan penuh cinta.
Desta menarik napas panjang, mengingat segala yang terjadi 35 menit yang lalu. Diteguknya minuman bersoda. Dinginnya memberi kesegaran baru. Tak akan ia biarkan Klara, menunggu terlalu lama.
“Kau selalu terlihat cantik, Sayang,” gumamnya.
Klara, satu-satunya perempuan yang bisa membuatnya jatuh cinta, menikah, bertahan setia, dan hidup bahagia dengan empat orang buah hati. Desta berjalan pelan, sempat berhenti di meja yang tertata cantik untuk makan malam romantis. Dibacanya sekali lagi sebuah kartu bertuliskan kata-kata cinta. Sebuah kotak perhiasan kalung yang telah terbuka terlihat kosong.
Desta kembali berjalan mengikuti arah kelopak bunga mawar merah yang disusun rapi di lantai hingga menuju ke pintu yang setengah terbuka. Senyumnya merekah bahkan sebelum ia membuka pintu.
Klara, perempuan manis yang telah menjadi pendamping hidupnya selama tujuh belas tahun, mengenakan gaun panjang sutra berwarna kuning lembut, warna yang memperkuat aura kecantikannya. Desta tersenyum melihat istrinya masih setia menunggu di tempat tidur yang telah menjadi tempat ternyaman bagi mereka berdua selama sepuluh tahun terakhir.
“Maaf menunggu lama sayang,” ucap Desta lembut, ia telah duduk di samping pujaan hatinya yang bersandar pada bantal bulu angsa yang disusun rapi. Dikeluarkannya kotak kecil dari saku jasnya, dari dalamnya sebuah cincin bermata berlian kecil terlihat berkilau cantik. Perlahan disematkannya ke jari lentik istri tercinta.
“Ini untuk menggantikan cincin kawin kita yang katamu hilang. Maafkan, kalung tadi kulepas. Kalung murahan! Tidak cocok untukmu, Say ...” Suara pintu digedor menghentikan kalimatnya.
Ragu Desta melihat ke pintu kamar. Namun diurungkannya niat untuk bangkit. Orang di luar bisa menunggu sebentar. Ia hanya perlu berpamitan pada sang istri.
“Sayang, kamu boleh pergi duluan. Tak apa. Jangan takut,” ucap Desta dengan suara lembut menenangkan. “Aku berjanji akan menyusulmu. Aku pasti menyusulmu. Kita tak akan pernah berpisah. Seperti janjiku, aku akan setia, Sayang.”
Desta mengecup lembut kening istrinya, menatap penuh cinta dan berkata, “Aku akan bersiap pergi, kita bertemu lagi nanti, Sayang.”
Berbaring ia di sisi istri tercinta. Dari luar terdengar bunyi pintu dibuka paksa dan teriakan lantang, “Polisi! Buka pintu!”
Suara itu terkalahkan oleh bunyi tembakan. Satu kali bunyi tembakan dan Desta, suami setia terkulai dengan kepala bersandar pada tubuh Klara, istrinya yang terbaring bersimbah darah. Di bawah kaki tempat tidur seorang pria muda yang tak sempat mengenakan kemejanya, terbaring dengan luka tembakan tepat di jantungnya.