Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Explore
Pilihan
Genre
Kalung
Jangan meminta lebih pada pasanganmu
Kalung

Nilvi menatap sendu pada wajah suaminya yang sedang memijatnya dengan lembut.

“Jadi, kamu udah mau kita punya anak kan?” ucap sang suami lalu mengecup kening istrinya.

Nilvi menggeleng. Namun, pancaran matanya memancarkan keinginan yang sejak kemarin ingin disampaikan pada suaminya.

“Aku mau, Bang. Tapi aku mau kalung emas.”

Sang suami langsung menoleh menatap istrinya yang hari itu terlihat cantik dengan make up sederhana. Dia mengusap pundak Nilvi.

“Kalung? “

Nilvi mengangguk pasti. “Kamu mau kan kita punya anak?” rajuk Nilvi seraya bersandar di bahu suaminya.

“Asal kamu sabar, aku bisa cari uang.”

“Makasih, Bang.”

Waktu demi waktu berlalu. Namun keinginan Nilvi belum juga terwujud.

“Gimana, Bang?” tanya Nilvi, saat suaminya baru saja usai makan siang. Belakangan ini, pendapatan suaminya sebagai tukang cukur menurun. Mungkin karena konsumen sekarang lebih memilih masuk ke barber shop yang ber-AC yang biasanya dilengkap coffee bar.

Namun, Nilvi juga telah melobi pak RT agar suaminya mendapat kerja sambilan sebagai petugas keamanan. Suaminya selalu menyempatkan diri makan siang di rumah untuk menghemat pengeluaran.

Suaminya menarik napas panjang. Lalu tersenyum pada Nilvi.

“Sabar, ya istriku.”

“Kamu ini Bang, sabar terus. Aku pengen kalung emas itu. Lagipula aku ga minta liontin berlian,” ujar Nilvi dengan wajah masam. Suaminya diam. Istrinya memang akhirnya membuka spiral dari rahimnya. Kini, Nilvi tengah mengandung anak mereka.

“Kamu paling cuma minta susu dan baju bayi kan?”ujarnya tersenyum mengelus perut istrinya.

Bulan ketujuh kandungan Nilvi, sang suami pulang. Nilvi menyambut suaminya di depan pintu. Hujan malam itu membuat tubuh suaminya basah. Topi yang biasa dikenakan sang suami tak tampak bertengger di kepalanya.

“Abang, kenapa ga pakai payung? Itu, topinya kemana?” ujar Nilvi seraya menutup pintu. Hujan deras kali ini membuat lantai semen rumahnya basah karena lubang di plafon yang makin menganga.

Suaminya memeluk Nilvi.

“Kamu kok dingin begini, Bang?”

“Aku bawa yang kamu mau, Nilvi.”

“Kalung emas, Bang?”

Suaminya mengangguk. Lalu memberikan kalung emas dari tangannya.

Seketika mata wajah Nilvi ceria bak mentari yang muncul di tengah malam. Matanya membulat menatap kalung emas yang kini berpindah ke tangannya. Nilvi mendekap suaminya erat. Pria yang berada dalam dekapannya itu tersenyum bahagia. Lalu matanya berubah sendu. Ingatannya melayang pada perempuan cantik berkalung emas berliontin safir yang dia bunuh malam ini.

***

 

 

13 disukai 10 komentar 5.8K dilihat
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@soonnar : Hehehehe. Istrinya matre
@soonnar : syukuri yg diberikan oleh suami hehehe
Can
gilaa. mana para istri? jangan lupa mikir😂😅😭
Makasih, tp ffnya udah keren banget.. 👏
@ugie15 : Iya mas. Makasih udah mampir. Masih baru bikin FF.
terdesak permintaan sang istri 😱
iya hehehe. moga ga kaget ya @lir.
kok jadi mengenaskan endingnya😮
ya, pesannya biar istri jangan nuntut berlebihan @lirinkartini
oh no!
Saran Flash Fiction