Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Akhir Sebuah Penantian
18
Suka
8,946
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kekeringan melanda hampir sejumlah daerah di Indonesia selama musim kemarau ini. Air menjadi barang langka. Warga desa yang punya uang lebih, membeli galon-galon air bersih untuk persediaan.

Namun, Anindya tak seberuntung mereka yang berduit. Sudah hampir sebulan gadis berusia tiga puluhan itu, harus bolak-balik mendaki bukit untuk mengambil air bersih. Bukan hanya badannya yang lelah, tetapi jiwa Anindya pun ikut merasakan gersang.

Benar kata orang, menanti itu adalah pekerjaan yang melelahkan. Anindya tengah merasakannya saat ini. Ketika Rama yang punya cita-cita ingin jadi pejabat dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah di kota, kekasihnya itu seolah-olah menghilang bak ditelan bumi. Sama sekali tak terdengar kabar berita darinya. Begitu pula dengan orang tua Rama. Mereka memutuskan untuk pindah ke kota, menyusul putra tercinta.

***

Nin, kalau aku sukses menjadi orang besar nanti, kamulah satu-satunya perempuan yang akan aku jemput ke pelaminan.

Lima tahun berlalu, sejak Rama mengucap janji itu, Anindya masih tetap setia dalam penantiannya. Padahal, banyak lelaki yang mengantre untuk mempersuntingnya. Namun, perempuan cantik itu selalu menolak. Bahkan, Bu Dinar pun sering membujuk putrinya untuk mulai membuka diri. Namun, tentu saja tak berhasil. Anindya telah sepenuhnya menutup hati dari lelaki lain demi Rama seorang.

"Nin, itu bukannya Rama?" tanya Ibu, ketika Anindya tengah membantu menyiapkan menu makan malam.

Anindya berhenti mengiris-iris tipis bawang merah, kemudian mulai memerhatikan dengan saksama layar kaca yang memperlihatkan kekasihnya tengah diwawancara.

Rama Prasetya, Bupati termuda Kabupaten xxxx kini tengah berbahagia. Pasalnya, Amanda Aulia, istrinya, sedang mengandung. Pasangan yang baru satu tahun menikah ini, tampak sibuk mempersiapkan segalanya untuk menyambut kelahiran anak pertama mereka yang diperkirakan sekitar satu bulan lagi.

Dadanya begemuruh. Sekujur tubuh gadis itu bergetar hebat. Anindya tak mampu menahan bulir yang tumpah ruah membanjiri pipi. Usai sudah penantian panjangnya selama ini. Pisau dalam genggaman yang semula ia gunakan untuk mengiris-iris bawang, kini mulai beralih fungsi.

"Astagfirullah, Nin! Nyebut, Nin, nyebut!" teriak Ibu histeris, berusaha mencegah aksi putrinya memotong urat nadi sendiri.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Can
tuh nyerinya kalau ngarep sama manusia
@Lirin, nyesek, ya, Kak
ketika janji terucap tuk diingkari hiks :'(
Terima kasih, Kak @Janeeta sudah singgah
Endingnya ngeri
Terima kasih, Kak @leeana sudah mampir
Makasih, Kak @alan sudah mampir
🥶 SEREM EH
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Akhir Sebuah Penantian
Suci Asdhan
Flash
Chaos
Varenyni
Novel
Guratan Nada
Ariya Gesang
Cerpen
Bronze
Obsessed
Febe Rosa Oktriviana
Novel
Bronze
Keris Puspa Dumilah
Nanang Hadi Sucipto
Novel
Deathskull
Rama Sudeta A
Novel
Bronze
Coup d'etat
siucchi
Novel
The Souls of Black Amorphophallus
Tanilshah
Cerpen
Bisnis Maut
Novia Syahidah Rais
Novel
Bronze
Death Pictures
Herman Sim
Novel
Bronze
Rama's Story : Gita Chapter 2 - Hazard !
Cancan Ramadhan
Cerpen
Bronze
Hush!
Rezt Elliot
Novel
Romero dan Eleni
waliyadi
Novel
Archelene
Ratihcntiia
Novel
Bronze
Ngereh
Bakasai
Rekomendasi
Flash
Akhir Sebuah Penantian
Suci Asdhan
Novel
Bronze
Duo Kacamata (Sahabat Jadi Saudara)
Suci Asdhan
Flash
Petak Umpet
Suci Asdhan
Flash
Yang Terlupakan
Suci Asdhan
Flash
Main Bola
Suci Asdhan
Flash
Rindu
Suci Asdhan
Novel
Cinta Kedua Bu(Li)nda
Suci Asdhan
Flash
Dompet Kulit
Suci Asdhan
Flash
Surat Cinta
Suci Asdhan
Skrip Film
Jodoh Atau Bukan?
Suci Asdhan