Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Akhir Sebuah Penantian
18
Suka
9,002
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kekeringan melanda hampir sejumlah daerah di Indonesia selama musim kemarau ini. Air menjadi barang langka. Warga desa yang punya uang lebih, membeli galon-galon air bersih untuk persediaan.

Namun, Anindya tak seberuntung mereka yang berduit. Sudah hampir sebulan gadis berusia tiga puluhan itu, harus bolak-balik mendaki bukit untuk mengambil air bersih. Bukan hanya badannya yang lelah, tetapi jiwa Anindya pun ikut merasakan gersang.

Benar kata orang, menanti itu adalah pekerjaan yang melelahkan. Anindya tengah merasakannya saat ini. Ketika Rama yang punya cita-cita ingin jadi pejabat dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah di kota, kekasihnya itu seolah-olah menghilang bak ditelan bumi. Sama sekali tak terdengar kabar berita darinya. Begitu pula dengan orang tua Rama. Mereka memutuskan untuk pindah ke kota, menyusul putra tercinta.

***

Nin, kalau aku sukses menjadi orang besar nanti, kamulah satu-satunya perempuan yang akan aku jemput ke pelaminan.

Lima tahun berlalu, sejak Rama mengucap janji itu, Anindya masih tetap setia dalam penantiannya. Padahal, banyak lelaki yang mengantre untuk mempersuntingnya. Namun, perempuan cantik itu selalu menolak. Bahkan, Bu Dinar pun sering membujuk putrinya untuk mulai membuka diri. Namun, tentu saja tak berhasil. Anindya telah sepenuhnya menutup hati dari lelaki lain demi Rama seorang.

"Nin, itu bukannya Rama?" tanya Ibu, ketika Anindya tengah membantu menyiapkan menu makan malam.

Anindya berhenti mengiris-iris tipis bawang merah, kemudian mulai memerhatikan dengan saksama layar kaca yang memperlihatkan kekasihnya tengah diwawancara.

Rama Prasetya, Bupati termuda Kabupaten xxxx kini tengah berbahagia. Pasalnya, Amanda Aulia, istrinya, sedang mengandung. Pasangan yang baru satu tahun menikah ini, tampak sibuk mempersiapkan segalanya untuk menyambut kelahiran anak pertama mereka yang diperkirakan sekitar satu bulan lagi.

Dadanya begemuruh. Sekujur tubuh gadis itu bergetar hebat. Anindya tak mampu menahan bulir yang tumpah ruah membanjiri pipi. Usai sudah penantian panjangnya selama ini. Pisau dalam genggaman yang semula ia gunakan untuk mengiris-iris bawang, kini mulai beralih fungsi.

"Astagfirullah, Nin! Nyebut, Nin, nyebut!" teriak Ibu histeris, berusaha mencegah aksi putrinya memotong urat nadi sendiri.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Can
tuh nyerinya kalau ngarep sama manusia
@Lirin, nyesek, ya, Kak
ketika janji terucap tuk diingkari hiks :'(
Terima kasih, Kak @Janeeta sudah singgah
Endingnya ngeri
Terima kasih, Kak @leeana sudah mampir
Makasih, Kak @alan sudah mampir
🥶 SEREM EH
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Akhir Sebuah Penantian
Suci Asdhan
Novel
Gold
Tanda Mata Kematian
Falcon Publishing
Novel
The Babad Noir Chronicles
Nikodemus Yudho Sulistyo
Novel
OUROBOROS
Kandil Sukma Ayu
Novel
Bronze
Aku, Dia & Kami
Joannes Rhino
Novel
Meja Bundar
Hendra Purnama
Novel
Bronze
Creation
Ahmad jimi
Flash
Unsight
Retno Ayu Puspita
Novel
Gold
Fantasteen: Kutukan Naskah Drama
Mizan Publishing
Novel
HOME SCHOOL
Anonim people
Flash
Jangan Dekati Mia, Nanti Bisa Mati
Ratifa Mazari
Cerpen
Rain
Rama Sudeta A
Novel
Gold
Frankenstein
Mizan Publishing
Flash
Beside
Aning Lacya
Flash
Bronze
Luka Gores
Lirin Kartini
Rekomendasi
Flash
Akhir Sebuah Penantian
Suci Asdhan
Flash
Yang Terlupakan
Suci Asdhan
Flash
Dompet Kulit
Suci Asdhan
Flash
Surat Cinta
Suci Asdhan
Novel
Bronze
Duo Kacamata (Sahabat Jadi Saudara)
Suci Asdhan
Flash
Petak Umpet
Suci Asdhan
Novel
Cinta Kedua Bu(Li)nda
Suci Asdhan
Flash
Rindu
Suci Asdhan
Flash
Main Bola
Suci Asdhan
Skrip Film
Jodoh Atau Bukan?
Suci Asdhan