Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hagu, gadis kecil berumur 9 tahun. Dia duduk di bantalan. Ia menyaksikan neneknya dan teman-teman neneknya bermain Koto.
Suara Koto berhenti. Tepuk tangan memeriahkan ruangan.
Hagu berlari memeluk neneknya.
Setelah acara selesai mereka masuk ke kamar.
Hagu duduk di depan neneknya yang sedang mengusap koto.
"Hagu-chan," panggilnya.
"Iya, nenek," sahut Hagu semangat.
"Kau tau apa ini?"
"Koto, papa bilang nenek tampil bermain koto." ujar Hagu ceria.
"Benar ini koto. Apalagi yang kamu tau?"
"Hagu, baru tau kalau koto besar sekali!"
"Koto besar melambangkan kokohnya naga."
"Naga?"
"Naga, binatang yang dipercaya sebagai dewa, penghubung dunia dan surga."
"Apa itu benar?" wajah Hagu berharap-harap.
Neneknya tersenyum, "Jika kau memainkan ini maka kamu terhubung dengan surga."
"Mama! Apa Hagu bisa telepon Mama pakai koto, nenek?" semangat Hagu.
"Tentu saja,"
Sejak saat itu Hagu belajar koto dengan neneknya selama liburan musim panas.
Waktunya ia habiskan di kamar. Jemarinya sampai terluka.
Hagu berusaha keras namun Hagu tidak bisa memainkannya.
Hagu menemui neneknya.
Ia berdiri diambang pintu neneknya.
"Hagu-chan," sambut neneknya.
Hagu meremas ujung bajunya.
"Nenek," panggil Hagu menahan tangis.
"Ada apa, sini masuk beritau nenek."
Hagu menggelengkan kepalanya.
"Hagu tidak bisa bermain." isaknya.
"Hagu selalu salah memetik senar."
Airmata Hagu menetes.
"Jari Hagu sakit, hsk," isak Hagu sesegukan.
Nenek mendekati Hagu. Ia duduk di depan Hagu. Nenek mengusap airmata Hagu dengan sapu tangan.
"Nenek dulu juga begini, awalnya memang tidak bisa, tapi nenek terus berlatih sampai bisa." tegur nenek lembut.
"Apa nanti Hagu bisa?" tangis Hagu lalu sang nenek memeluk Hagu.
Sang nenek pun lebih perhatian dengan Hagu. Ia mengajari Hagu dengan sabar dan lembut.
Sampai Hagu berusia 17 tahun.
Neneknya meninggal dunia.
Setelah pemakaman neneknya, Hagu membawa koto di tepi jurang pantai
Dia duduk, menaruh koto di depannya.
Pemandangan laut tenang dan langit cerah.
Hagu memejamkan matanya.
'Tolong sampaikan! Tolong sampaikan!"
Hagu mulai memetik kotonya. Bermain sepenuh hati.
Air laut yang awalnya tenang menjadi ganas. Angin berhembus kencang.
Hagu tetap bermain sepenuh hati.
'Tolong sampaikan.'
Hagu membuka matanya. Ia melihat seekor naga di depannya.
Naga itu menatap Hagu. Mereka saling bertukar pandangan.
Hagu tersenyum lalu sang naga menari-nari di langit seolah membuka pintu surga.
Dari situ Hagu yakin teleponnya sampai pada Neneknya.