Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kematian Cokelat
16
Suka
5,801
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Seorang pria tua nampak duduk bersimpuh di sebelah kanan makam istrinya. Matanya yang kusam, menatap lemah nisan istrinya yang baru saja meninggal seminggu yang lalu. Ia menaburi coklat bertoppingkan kacang almond, kacang mete, dan buah-buahan kering di atas tanah kuburan istrinya itu.

Kepalanya yang tua, tetiba teringat akan kenangan indah, tentang menyantap sayur lodeh yang terlampau asin di hari kedua mereka menikah.

“Kau tahu? Ini adalah masakan terlezat yang pernah aku santap sepanjang hidupku.” Pujinya sambil menahan rasa asin yang cukup kuat.

“Sungguh?” wajah sang istri sumringah.

“Iya, tentu saja. Akan lebih lezat lagi bila kau sedikit mengurangi garamnya.”

Kepalanya yang tua, tetiba pula teringat akan kenangan ketika mereka sedang berlibur berdua di Pantai Ngliyep. Cuaca waktu itu sedang panas-panasnya, membikin kepala sang istri jadi pusing kelimpungan, sehingga berhari-hari ia harus terbaring sakit di atas ranjang karena demam.

“Minumlah, teh hangat ini. Ibuku biasa membuatkan teh hangat kepadaku, bila aku sedang sakit. Teh hangat adalah obat dari segala penyakit.”

Istrinya terkekeh. “Bila aku sakit parah, kau harus membuatkanku banyak sekali teh hangat nantinya. Terima kasih, suamiku.”

Dalam kenangnya, pria itu mencium kening istrinya. Ia lalu menceritakan banyak kisah konyol sewaktu masih bujang, istrinya tak berhenti tergelak-gelak dibuatnya.

Kepalanya yang tua, teringat juga mengenai kenangan indah sewaktu berdansa lembut sekadarnya di dapur, selagi radio memutar lagu Can’t Help Falling in Love. Walau kakinya berkali-kali tak sengaja diinjak oleh suaminya, wanita itu malah tersenyum. Mereka terus saja berdansa sambil memejamkan mata. Hingga keduanya lupa, bila sedang memanaskan soto kemarin malam, sehingga didihan uapnya menggoyang-goyangkan tutup panci.

Pria itu tersenyum, senyumnya tipis, matanya agak berkaca-kaca. Udara sore menjadi lebih dingin. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam kantong sweater rajutan mendiang sang istri. Sweater warna abu. Sweater yang sudah agak lusuh, bekas dipakai dan dicuci berulang-ulang kali. Ia selalu merasa bahwa sweater itu bisa menguarkan aroma tubuh istrinya yang khas: aroma coklat.

Tiba-tiba senyumnya menghilang begitu saja. Ia teringat akan jeritan. Ia teringat akan tangis. Ia teringat akan rasa sakit. Rasa sakit yang mengerikan. Membuat istrinya menangis sepanjang waktu. Wanita itu tak lagi punya nafsu makan. Dia tak pernah lagi ceria. Dia tak pernah lagi tertawa bila suaminya menceritakan kisah-kisah masa lalu. Jiwa wanita itu telah koyak.

Karena tak kuasa harus melihat istrinya berminggu-minggu tersiksa oleh rasa sakit akibat kanker. Pria itu pun memutuskan untuk membekap istrinya dengan bantal, ketika dia sudah tertidur usai menderita sepanjang malam. Tubuh yang kecil itu terkejang-kejang selama beberapa saat, lalu badannya terkulai lemas, hingga akhirnya mati.

"Tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita. Berbahagialah atas kematianmu yang manis." Bisiknya lirih pada telinga wanita malang itu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
lah, malah dia sendiri yang bunuh...
hehe makasih
kasian deh sih kakek tuanya. :( good job kakak penulisnya
endingnya membagongkan wkw
Rekomendasi dari Drama
Flash
Kematian Cokelat
Joshua Vincentius
Novel
Bronze
Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan
EMERENCIA
Novel
Different
Zahir
Novel
MELODI UNTUKMU
Diana Fitria
Novel
Bronze
Dukung Penikung Cinta
Fizhi Vie
Flash
LUPAKAN MANTANMU YANG TIDAK SEBERAPA ITU
Arai Merah
Novel
Bronze
How to Befriend the So Called Classmate
aoillies
Novel
Prolog Epilog
Devi Wulandari
Flash
Bronze
Kembang dan Nasibnya
Siti Soleha
Novel
Bronze
Steviana
Kiki Misgiarti
Novel
Bronze
Di Malam yang Sangat Dingin
Putri Zulikha
Novel
Goldfish
Gemi
Novel
Bronze
Half Brother's
Hideyo Sakura
Novel
Bronze
Four of us
yelartcreation
Flash
52 Hz
Riska Irmayadi
Rekomendasi
Flash
Kematian Cokelat
Joshua Vincentius
Flash
Mempelai Perempuan
Joshua Vincentius
Skrip Film
Hello, Hello Again
Joshua Vincentius
Skrip Film
Okuni
Joshua Vincentius
Novel
Dalu Suci
Joshua Vincentius