Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Tamu di Rumah Pinggir Kota
10
Suka
5,731
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ada tamu yang datang ke sebuah rumah asri di pinggir kota. Tamu yang tak akan pernah mampu ditolak, ia membawa kesakitan yang luar biasa, tetapi juga sesuatu yang si empunya rumah nantikan.

Tepat pagi hari, di saat dapur mengepulkan uap-uap dan aroma kopi di meja. Tepat saat senandung ceria melantun melalui bibir wanita paruh baya. Tepat saat hidangan pagi yang biasa dinikmati dengan tenang, pelan, dan nyaman selesai dibuat. Tepat saat kaki-kaki wanita itu hendak memanggil suaminya untuk duduk seperti biasa di pekarangan rumah.

Tepat saat itu pula sang tamu sedang berkemas-kemas.

"Pak, ayo ngopi sekalian berjemur." Sang istri duduk di pembaringan, menepuk lengan suaminya lembut. Sekali, dua kali, tiga kali. Tak ada sahutan, kemudian terdengar suara napas tersengal diiringi dengan tubuh sang suami yang menegang. Wanita paruh baya itu belum berpikir jauh.

Sedangkan sang tamu sedang berdiri di ambang pintu, hendak pamit bersama tuan rumah.

Kemudian, luruh tubuh sang suami dengan napas yang tak akan pernah diembuskan lagi.

"Bapak," ulang sang istri sekali lagi, kali ini mengguncang manja. Namun, tubuh itu jatuh tengkurap tanpa daya.

Mata wanita itu membeliak, takut-takut ia balik tubuh pria tercintanya dan yang terlihat tinggal wajah yang kaku dengan mata terpejam rapat. Tanpa kehidupan. Tampaknya sang tamu telah pergi. Tamu itu adalah kematian.

"Bapak, sudah tibakah masamu pulang?" lirih, bergetar, serak, dan jatuh dua bulir air di pipi, lalu beranak sungai. Tanpa suara, tetapi menjerit-jerit di dalam hati. Sang istri tahu, tangis tak mampu mengobati apa pun. Saat ini ia bahkan seperti ada dan tiada, luruh, ditelan kesedihan yang mendalam.

Perlahan, ia usap matanya. Ia kecup kening, pipi, bibir, lalu beralih ke tangan sang suami. Dikecupinya berkali-kali, yang terakhir begitu panjang dan takzim.

"Ini salim terakhirku di dunia untukmu, Pak."

Sang istri keluar, memanggil tetangga. Melakukan seluruh rangkaian pengurusan jenazah dengan baik, mengantar ke liang kubur. Menunggu sampai orang terakhir pulang.

"Yang tabah atas kehilangan ini," kata orang itu, berlalu.

Sang istri terdiam beberapa saat, lalu tersenyum. Mungkin di mata manusia ini kehilangan, tetapi lebih dari itu, untuk yang tua renta seperti mereka. Membicarakan kematian adalah tentang menunggu pulang kampung.

"Nanti aku salim lagi kalau kita ketemu, Pak."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Tamu di Rumah Pinggir Kota
Halo Oys
Flash
Bahagia & Lara
pelantunkata
Cerpen
Langit Malam
Elysiaaan
Flash
SHIKI -Halaman Pertama-
Kosong/Satu
Novel
Gold
KKPK Yummy Donuts
Mizan Publishing
Novel
Saturday Class
Impy Island
Cerpen
Mulut Mu Adalah Harimau Mu
Yovinus
Novel
Gold
The Red Haired Woman
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Aulia Diah Salih
M. Bagus Sulistiyanto
Flash
Bronze
Makan Di sini Apa Dibungkus?
Reyan Bewinda
Flash
Andai Waktu Bisa Diulang
pelantunkata
Novel
Bronze
PATAH HATI SEORANG AKTIVIS
Embun Pagi Hari
Novel
Bronze
TANnia
Enang Rokajat Asura
Novel
Bronze
Sunflower
Siji Getih
Novel
Bronze
SYEMA WEGARI
Elisabeth Purba
Rekomendasi
Flash
Tamu di Rumah Pinggir Kota
Halo Oys