Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Tamu di Rumah Pinggir Kota
10
Suka
5,609
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ada tamu yang datang ke sebuah rumah asri di pinggir kota. Tamu yang tak akan pernah mampu ditolak, ia membawa kesakitan yang luar biasa, tetapi juga sesuatu yang si empunya rumah nantikan.

Tepat pagi hari, di saat dapur mengepulkan uap-uap dan aroma kopi di meja. Tepat saat senandung ceria melantun melalui bibir wanita paruh baya. Tepat saat hidangan pagi yang biasa dinikmati dengan tenang, pelan, dan nyaman selesai dibuat. Tepat saat kaki-kaki wanita itu hendak memanggil suaminya untuk duduk seperti biasa di pekarangan rumah.

Tepat saat itu pula sang tamu sedang berkemas-kemas.

"Pak, ayo ngopi sekalian berjemur." Sang istri duduk di pembaringan, menepuk lengan suaminya lembut. Sekali, dua kali, tiga kali. Tak ada sahutan, kemudian terdengar suara napas tersengal diiringi dengan tubuh sang suami yang menegang. Wanita paruh baya itu belum berpikir jauh.

Sedangkan sang tamu sedang berdiri di ambang pintu, hendak pamit bersama tuan rumah.

Kemudian, luruh tubuh sang suami dengan napas yang tak akan pernah diembuskan lagi.

"Bapak," ulang sang istri sekali lagi, kali ini mengguncang manja. Namun, tubuh itu jatuh tengkurap tanpa daya.

Mata wanita itu membeliak, takut-takut ia balik tubuh pria tercintanya dan yang terlihat tinggal wajah yang kaku dengan mata terpejam rapat. Tanpa kehidupan. Tampaknya sang tamu telah pergi. Tamu itu adalah kematian.

"Bapak, sudah tibakah masamu pulang?" lirih, bergetar, serak, dan jatuh dua bulir air di pipi, lalu beranak sungai. Tanpa suara, tetapi menjerit-jerit di dalam hati. Sang istri tahu, tangis tak mampu mengobati apa pun. Saat ini ia bahkan seperti ada dan tiada, luruh, ditelan kesedihan yang mendalam.

Perlahan, ia usap matanya. Ia kecup kening, pipi, bibir, lalu beralih ke tangan sang suami. Dikecupinya berkali-kali, yang terakhir begitu panjang dan takzim.

"Ini salim terakhirku di dunia untukmu, Pak."

Sang istri keluar, memanggil tetangga. Melakukan seluruh rangkaian pengurusan jenazah dengan baik, mengantar ke liang kubur. Menunggu sampai orang terakhir pulang.

"Yang tabah atas kehilangan ini," kata orang itu, berlalu.

Sang istri terdiam beberapa saat, lalu tersenyum. Mungkin di mata manusia ini kehilangan, tetapi lebih dari itu, untuk yang tua renta seperti mereka. Membicarakan kematian adalah tentang menunggu pulang kampung.

"Nanti aku salim lagi kalau kita ketemu, Pak."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Tamu di Rumah Pinggir Kota
Halo Oys
Novel
Bronze
Pasienku pasanganku
Author WN
Novel
Letters of a Liar
Yoga Arif Rahmansyah
Novel
Nyanyian Badai
Han Gagas
Novel
Bronze
Foolish Love!
Syane Raphaeli Irawan
Novel
Bronze
Galaunya Seperempat Abad
MonicaLo
Flash
SINEMA SIANG HARI
Deasy Wirastuti
Cerpen
Mulut Mu Adalah Harimau Mu
Yovinus
Flash
Lingkaran Kecil
Muhammad Yunus
Cerpen
HARI INI AKU BERBEDA
Meliana
Novel
LOVE IN ONE NIGHT
Gerin Pratama
Novel
You Are My Soulmate
A Story by Fidnaa
Novel
Bronze
Cala yang Berlubang
Nayaka Ashaki
Cerpen
Bronze
Kenapa Anggi Memutuskan Arwan dan Memintanya Menikahi Ane
Habel Rajavani
Novel
Sampiran Durian
Azul
Rekomendasi
Flash
Tamu di Rumah Pinggir Kota
Halo Oys