Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Tamu di Rumah Pinggir Kota
12
Suka
12,078
Dibaca

Ada tamu yang datang ke sebuah rumah asri di pinggir kota. Tamu yang tak akan pernah mampu ditolak, ia membawa kesakitan yang luar biasa, tetapi juga sesuatu yang si empunya rumah nantikan.

Tepat pagi hari, di saat dapur mengepulkan uap-uap dan aroma kopi di meja. Tepat saat senandung ceria melantun melalui bibir wanita paruh baya. Tepat saat hidangan pagi yang biasa dinikmati dengan tenang, pelan, dan nyaman selesai dibuat. Tepat saat kaki-kaki wanita itu hendak memanggil suaminya untuk duduk seperti biasa di pekarangan rumah.

Tepat saat itu pula sang tamu sedang berkemas-kemas.

"Pak, ayo ngopi sekalian berjemur." Sang istri duduk di pembaringan, menepuk lengan suaminya lembut. Sekali, dua kali, tiga kali. Tak ada sahutan, kemudian terdengar suara napas tersengal diiringi dengan tubuh sang suami yang menegang. Wanita paruh baya itu belum berpikir jauh.

Sedangkan sang tamu sedang berdiri di ambang pintu, hendak pamit bersama tuan rumah.

Kemudian, luruh tubuh sang suami dengan napas yang tak akan pernah diembuskan lagi.

"Bapak," ulang sang istri sekali lagi, kali ini mengguncang manja. Namun, tubuh itu jatuh tengkurap tanpa daya.

Mata wanita itu membeliak, takut-takut ia balik tubuh pria tercintanya dan yang terlihat tinggal wajah yang kaku dengan mata terpejam rapat. Tanpa kehidupan. Tampaknya sang tamu telah pergi. Tamu itu adalah kematian.

"Bapak, sudah tibakah masamu pulang?" lirih, bergetar, serak, dan jatuh dua bulir air di pipi, lalu beranak sungai. Tanpa suara, tetapi menjerit-jerit di dalam hati. Sang istri tahu, tangis tak mampu mengobati apa pun. Saat ini ia bahkan seperti ada dan tiada, luruh, ditelan kesedihan yang mendalam.

Perlahan, ia usap matanya. Ia kecup kening, pipi, bibir, lalu beralih ke tangan sang suami. Dikecupinya berkali-kali, yang terakhir begitu panjang dan takzim.

"Ini salim terakhirku di dunia untukmu, Pak."

Sang istri keluar, memanggil tetangga. Melakukan seluruh rangkaian pengurusan jenazah dengan baik, mengantar ke liang kubur. Menunggu sampai orang terakhir pulang.

"Yang tabah atas kehilangan ini," kata orang itu, berlalu.

Sang istri terdiam beberapa saat, lalu tersenyum. Mungkin di mata manusia ini kehilangan, tetapi lebih dari itu, untuk yang tua renta seperti mereka. Membicarakan kematian adalah tentang menunggu pulang kampung.

"Nanti aku salim lagi kalau kita ketemu, Pak."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Tamu di Rumah Pinggir Kota
Halo Oys
Novel
Bronze
Akhi-akhi Kosan Sebelah
Meilia Ningrum
Novel
Namanya, Lia
Aurora Anindita
Novel
Episode
Perspektifat
Novel
Bronze
Perayaan Cinta
gilang arum puspita
Novel
TRAGIS
Nabila khoerunisa arofah
Cerpen
Tak Ada yang Sia-sia dalam Hidup Termasuk Menikahi Seekor Babi
Cicilia Oday
Novel
Bronze
Lynn
Onet Adithia Rizlan
Novel
Nurse
DIANAZ
Novel
1#Cinta
yopi
Novel
Bronze
RUMAH ANDINIE
YOHS SUWONDO
Novel
Perempuan Berwajah Duka
Goebahan R
Novel
SEJAK
sisniwati
Novel
Bronze
Mengunjungi Heri
Heri Winarko
Skrip Film
Pusaka
Prima Merdeka
Rekomendasi
Flash
Tamu di Rumah Pinggir Kota
Halo Oys