Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hari ini terasa sangat terik, bahkan sangat panas. Mungkin karena atmosfer bumi yang semakin menipis? Aku sendiri tidak tahu mengapa akhir-akhir ini suhu bumi meningkat. Penyebabnya mungkin dari efek rumah kaca, polusi kendaraan berbahan bakar bensin, penggunaan Cloro Flour Carbon secara berlebihan, deforestasi, dan masih banyak lagi. Dan aku yakin pasti didalamnya ada campur tangan manusia. Manusia dengan segala keserakahannya tanpa memperhatikan kondisi bumi yang telah menua. Untungnya, masih ada manusia yang peduli dengan kondisi bumi. Melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan keasrian bumi seperti sedia kala.
Aku berjalan menelusuri jalan setapak ini. Tak peduli seberapa panas sinar matahari menyengat kulitku. Mengingat kejadian tadi, aku tersipu malu. Menahan senyumku agar tidak mengembang. Aku ingin berteriak melampiaskan rasa bahagiaku ini.
Aaahh ... bisa gila aku. Batinku
Semua ini penyebabnya adalah dia. Iya dia! Si ketua kelas itu, Affa namanya. Fyi, sebenarnya aku sudah mulai mengaguminya secara diam-diam semenjak kelas sepuluh. Awal mulanya, ketika bazar sekolah aku berkunjung ke stand sebelah. Kebetulan kita satu meja tanpa sengaja tangan kita bersentuhan, kemudian saling menatap dan akhirnya aku kalah. Aku jatuh kepadanya.
Aku lemah dengan tatapannya. Dia memandangku dengan cara yang berbeda dari yang lainnya. Entah magnet apa yang menarikku sehingga aku terperangkap kedalam pesonanya. Dia berbeda, entah dari tatapannya, pola pikirnya, ataupun gaya bicaranya.
Namun, ketika aku teringat fakta yang sebenarnya. Harapanku pupus. Dia menjalin hubungan dengan teman kecilnya. Bukan pacaran sebenarnya, katanya sih adik-kakak.
Pernah suatu hari, saat jam kosong seluruh anak kelas disuruh untuk membaca buku di perpustakaan. Aku duduk berhadapan langsung dengan Affa. Dia berbincang dengan temanku, Salsha. Entah apa yang mereka bicarakan aku tak tahu pasti. Aku berusaha untuk fokus terharap bacaanku saat ini, namun gagal. Pikiranku terpecah. Apalagi saat mendengar pertanyaan Salsha. Fokusku benar-benar teralihkan.
"Fa, gimana hubungan lo sama si Dessy itu?"
"Gimana apanya? Orang gue sama dia cuma sekedar teman," jawab Affa, cuek.
"Serius? Nih ya Fa, menurut penglihatan gue Dessy itu suka sama lo."
"Tau kok gue, tapi gue nggak mau nyakitin dia soalnya gue nggak ada rasa lebih sama dia," jawabnya sambil menatapku dengan tatapan yang mungkin menegaskan agar aku tidak salah paham dengannya.
Aku geer.
Bahkan semakin hari perasaanku semakin membesar tanpa ada seorangpun yang tahu. Karena, seseorang pernah berkata kepadaku mencintai orang secara diam adalah bentuk dari sebuah ketulusan. Itu yang membuatku bertekad untuk memendam perasaan ini.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku sadar bahwa dia tak pantas bersanding denganku. Dia terlalu sempurna. Dia pantas mendapatkan yang lebih baik dariku. Tak apa, aku tidak bisa bersanding dengannya. Melihatnya bahagia sudah cukup bagiku.