Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
PELUKAN SETENGAH ABAD
7
Suka
5,467
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ribuan kali aku membayangkan jeruji besi dengan lantai dingin, suatu saat akan meringkusku. Dan setiap itu pula semakin menguat sebenarnya tekadku-- untuk tidak gentar dan melenyapkan ketakutan tak penting itu. Namun rupanya, ini jauh dari perkiraan, aku benar-benar dibuat remuk. 

Rambut di kepalaku dipotong habis, hampir gundul, dan seragam biru dengan nomor tahanan di belakangnya tiba-tiba melekat di tubuhku.

Pukul lima pagi, rumah tempatku menginap di Yogya digedor. Sekitar 50 orang dari Politieke Inlichtingen Dienst membawaku ke tempat orang-orang sakit jiwa.

Mereka mau menghancurkan diriku dari dalam, mental dan pikiranku dibuat seolah-olah hanyalah plastik yang mudah dirobek-robek. Setelah semalam di Mergangsan mereka kemudian mengirimku dengan kereta untuk kembali ke Barat. 

Sebuah papan bertuliskan nama rumah tahanan itu menyambutku di gerbang, seolah bersiap mencengkeram. Dan ke dalam sel no. 5, Blok F kemudian seolah aku dimasukan ke dalam peti mati.

Tembok besi hitam yang padat, tanpa jendela dan hanya selubang kecil tempat para penjaga mengintip. Begitu tertutup, sampai lembabnya terasa sekali tertelan tenggorokan, dan dinginnya seperti hendak merontokkan gigiku.

Seekor cicak yang dulu tak pernah kupeduli, kini malah rajin kuajak bicara dan kupelihara.

"Makanlah, jangan takut, itu milikmu!" Cicak itu lahap. 

Sekali waktu sering berkunjung seekor burung ke dalam mimpiku, dia bernyanyi-- seakan aku sedang berada di tengah hutan damai.

Hingga tibalah saat kedatangan istriku yang kunanti.

"Karno, apa kabar?"

"Baik. Terima kasih sudah mengunjungi!" 

Mungkin dia terkejut melihat dalam sebulan lamanya, aku tiba-tiba begitu kurus dan tak terurus. Diri ini yang biasa disuguhi dan tak lepas dari tangan kasihnya, kini begitu telantar dengan rantai di tangan dan kakinya. Rantai yang tak kasat mata membelenggu, tak bisa sekadar memeluk dalam waktu tak seberapa.

"Istriku, ini adalah lima menit waktu yang diberikan kepada kita, tetapi ini adalah 50 tahun kau memelukku untuk percaya, pelukan panjang itu adalah doa!"***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
waahh ada kak faisal😊
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
PELUKAN SETENGAH ABAD
Faisal Syahreza
Novel
Gold
Mikiran Yayat: Dari Yayat, Oleh Yayat, Untuk Rakyat
Bentang Pustaka
Cerpen
LEMBAYUNG MERAH JINGGA
Lian lubis
Novel
Bronze
GENTA GELAS NEIRA
Nini Avieni
Novel
Gold
Cinta Indonesia Setengah
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Harga Dari kebebasan
Pricilia Zhany
Flash
Bronze
TERUNTUK TEMAN MASA LALU
Safinatun naja
Novel
Pesan Dari Ibu
Rizki Pratama Ningrum
Novel
Bronze
Luka Mey
Flora Darma Xu
Flash
The Descendant of Murderer
Matrioska
Novel
Bronze
DIKEJAR DOSA
Donny Sixx
Novel
Gold
Go Set a Watchman
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Ambruk Beringin Tua
Indra Agusta
Novel
Gold
Berjuang di tanah rantau
Bentang Pustaka
Cerpen
Sepenggal Malam di Tahun 83
Siti Qoimah
Rekomendasi
Flash
PELUKAN SETENGAH ABAD
Faisal Syahreza
Flash
JAS REMBULAN
Faisal Syahreza
Skrip Film
Yang Lupa Diajarkan Cinta
Faisal Syahreza
Flash
SERAT-SERAT SUARA
Faisal Syahreza
Flash
ES AIRMATA BAHAGIA
Faisal Syahreza