Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Sejarah
PELUKAN SETENGAH ABAD
7
Suka
5,363
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ribuan kali aku membayangkan jeruji besi dengan lantai dingin, suatu saat akan meringkusku. Dan setiap itu pula semakin menguat sebenarnya tekadku-- untuk tidak gentar dan melenyapkan ketakutan tak penting itu. Namun rupanya, ini jauh dari perkiraan, aku benar-benar dibuat remuk. 

Rambut di kepalaku dipotong habis, hampir gundul, dan seragam biru dengan nomor tahanan di belakangnya tiba-tiba melekat di tubuhku.

Pukul lima pagi, rumah tempatku menginap di Yogya digedor. Sekitar 50 orang dari Politieke Inlichtingen Dienst membawaku ke tempat orang-orang sakit jiwa.

Mereka mau menghancurkan diriku dari dalam, mental dan pikiranku dibuat seolah-olah hanyalah plastik yang mudah dirobek-robek. Setelah semalam di Mergangsan mereka kemudian mengirimku dengan kereta untuk kembali ke Barat. 

Sebuah papan bertuliskan nama rumah tahanan itu menyambutku di gerbang, seolah bersiap mencengkeram. Dan ke dalam sel no. 5, Blok F kemudian seolah aku dimasukan ke dalam peti mati.

Tembok besi hitam yang padat, tanpa jendela dan hanya selubang kecil tempat para penjaga mengintip. Begitu tertutup, sampai lembabnya terasa sekali tertelan tenggorokan, dan dinginnya seperti hendak merontokkan gigiku.

Seekor cicak yang dulu tak pernah kupeduli, kini malah rajin kuajak bicara dan kupelihara.

"Makanlah, jangan takut, itu milikmu!" Cicak itu lahap. 

Sekali waktu sering berkunjung seekor burung ke dalam mimpiku, dia bernyanyi-- seakan aku sedang berada di tengah hutan damai.

Hingga tibalah saat kedatangan istriku yang kunanti.

"Karno, apa kabar?"

"Baik. Terima kasih sudah mengunjungi!" 

Mungkin dia terkejut melihat dalam sebulan lamanya, aku tiba-tiba begitu kurus dan tak terurus. Diri ini yang biasa disuguhi dan tak lepas dari tangan kasihnya, kini begitu telantar dengan rantai di tangan dan kakinya. Rantai yang tak kasat mata membelenggu, tak bisa sekadar memeluk dalam waktu tak seberapa.

"Istriku, ini adalah lima menit waktu yang diberikan kepada kita, tetapi ini adalah 50 tahun kau memelukku untuk percaya, pelukan panjang itu adalah doa!"***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
waahh ada kak faisal😊
Rekomendasi dari Sejarah
Flash
PELUKAN SETENGAH ABAD
Faisal Syahreza
Novel
Bronze
Garis Waktu yang Terulang
Dimas Adiputra
Flash
Alien
Ikhsannu Hakim
Novel
Bronze
PELANGI SENJA ARZINARA
Kandil Sukma Ayu
Novel
Bronze
Ambang Senja
indra wibawa
Flash
Balada Terong
d Curly Author
Novel
Catatan Identitas
M. Sadli Umasangaji
Novel
Bronze
Keris Bima Sakti: The Return Of Jena Teke
Vitri Dwi Mantik
Novel
Bronze
PERMAISURI PARK
Nurul Adiyanti
Flash
Lycoris Radiata
Rein
Flash
Bronze
Merah-Merahnya Toko Merah
Silvarani
Novel
Bronze
Juni Berdarah Pasca-Reformasi
Hariyadi Eko Priatmono
Novel
Bronze
Sang Kiai
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Juliana & Muhidin
Rangga Suria Danuningrat
Novel
Bronze
Memories
Aldy Purwanto
Rekomendasi
Flash
PELUKAN SETENGAH ABAD
Faisal Syahreza
Flash
JAS REMBULAN
Faisal Syahreza
Flash
SERAT-SERAT SUARA
Faisal Syahreza
Flash
ES AIRMATA BAHAGIA
Faisal Syahreza
Skrip Film
Yang Lupa Diajarkan Cinta
Faisal Syahreza