Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kepala batu
6
Suka
5,592
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Seorang nenek berusia lebih dari delapan puluh tahun tengah duduk di teras rumah bercat hijau. Lengang yang menemaninya lebih dari satu jam. Mungkin karena bosan nenek itu memanggil cucu laki-lakinya. “Nang... Lanang...” Panggil nenek itu pada cucunya. Sepertinya dia sudah lupa dengan nama cucunya itu, makanya dia memanggil dengan sebutan lanang yang berarti laki-laki. Panggilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetap tak ada jawaban.

Bukan sekali, dua kali nenek itu memanggil cucunya. Bukan hanya cucunya yang laki-laki, cucu perempuannya, bahkan anak-anaknya, tapi sudah lama mereka tak merespon panggilan nenek itu. Membuat si nenek hanya bisa menggerutu di tempat itu sampai hari menjelang sore dan nenek itu masuk ke dalam rumah.

Esoknya si nenek kembali duduk di teras rumah bercat hijau itu, terdiam selama satu jam sebelum memanggil cucunya lagi. Sama seperti kemarin, si nenek tak mendapat respon. Lalu esoknya, esoknya lagi, terus seperti itu sampai hampir dua bulan lebih hal itu terjadi. Sampai datanglah seorang laki-laki yang bekerja di sawah belakang rumah bercat hijau itu.

Laki-laki itu bertanya kepada si nenek yang sedari pagi terus berada di teras rumah bercat hijau itu. Dan mengalir lah cerita si nenek, beliau bercerita bahwa beliau duduk di teras itu dan memanggil cucunya untuk minta di antar ke rumah kerabatnya. Karena penasaran laki-laki itu menemui salah satu anak dari si nenek untuk mendengar cerita dari sudut pandang si anak sampai tega membiarkan si nenek duduk di teras rumah dari pagi sampai sore lebih dari dua bulan.

Dari cerita si anak, laki-laki itu yang awalnya berniat membantu si nenek malah berbalik setelah mendengar cerita lengkap dari di anak. Laki-laki itu berpikir bahwa tindakan si nenek itu tak pantas di lakukan. Niat di nenek mengunjungi kerabatnya tidak lah baik. Si nenek hanya ingin meminta harta yang sudah tak jelas keberadaannya dan memeras kerabatnya. Karena hal itu lah keluarga si nenek lebih memilih untuk tidak merespon panggilan si nenek dari pada membiarkan si nenek melakukan hal yang tercela itu.

Setelah hari itu, si nenek masih saja duduk di teras rumah bercat hijau, termenung selama sejam lalu memanggil anggota keluarganya hanya untuk di abaikan. Baru menjelang sore di nenek masuk rumah. Hak itu terus berlanjut bertahun-tahun sampai di nenek meninggal.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Kepala batu
Seli Suliastuti
Novel
Karma Si Gundik
Vivi Barbara
Novel
Bronze
Bendera Setengah Tiang
I Gede Luwih
Novel
Gold
Magnitudo
Bentang Pustaka
Novel
Gold
I Love Cooking
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Pertemuan Dua Anak di Pekuburan
Ari Keling
Novel
Bunga Kertas
Aku Ria
Novel
The Playmaking Defender
Fajar R
Novel
Gitar Renno
Dadar Fitrianj
Flash
Sang Penyandera Rasa
Putri Amelia Solehah
Novel
Gold
Small Fry
Mizan Publishing
Novel
Bagas Ayu... Puisi Jiwa untuk Cinta
Gie_aja
Novel
Gold
Let's Break Up
Bentang Pustaka
Flash
Bronze
Pasti ada bagus nya
Eva yunita
Novel
Bronze
SESAL
Prihatiningsih
Rekomendasi
Flash
Kepala batu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Undangan: Bunga Pemilik Kunci
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Time leap
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Bleu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Mimpi yang Menjadikanku Sampah
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Elf
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Berbalas Surat Denganmu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Tersesat
Seli Suliastuti
Flash
Jendela Bertumpuk
Seli Suliastuti
Flash
Bunga tidur
Seli Suliastuti