Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kepala batu
6
Suka
6,038
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Seorang nenek berusia lebih dari delapan puluh tahun tengah duduk di teras rumah bercat hijau. Lengang yang menemaninya lebih dari satu jam. Mungkin karena bosan nenek itu memanggil cucu laki-lakinya. “Nang... Lanang...” Panggil nenek itu pada cucunya. Sepertinya dia sudah lupa dengan nama cucunya itu, makanya dia memanggil dengan sebutan lanang yang berarti laki-laki. Panggilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetap tak ada jawaban.

Bukan sekali, dua kali nenek itu memanggil cucunya. Bukan hanya cucunya yang laki-laki, cucu perempuannya, bahkan anak-anaknya, tapi sudah lama mereka tak merespon panggilan nenek itu. Membuat si nenek hanya bisa menggerutu di tempat itu sampai hari menjelang sore dan nenek itu masuk ke dalam rumah.

Esoknya si nenek kembali duduk di teras rumah bercat hijau itu, terdiam selama satu jam sebelum memanggil cucunya lagi. Sama seperti kemarin, si nenek tak mendapat respon. Lalu esoknya, esoknya lagi, terus seperti itu sampai hampir dua bulan lebih hal itu terjadi. Sampai datanglah seorang laki-laki yang bekerja di sawah belakang rumah bercat hijau itu.

Laki-laki itu bertanya kepada si nenek yang sedari pagi terus berada di teras rumah bercat hijau itu. Dan mengalir lah cerita si nenek, beliau bercerita bahwa beliau duduk di teras itu dan memanggil cucunya untuk minta di antar ke rumah kerabatnya. Karena penasaran laki-laki itu menemui salah satu anak dari si nenek untuk mendengar cerita dari sudut pandang si anak sampai tega membiarkan si nenek duduk di teras rumah dari pagi sampai sore lebih dari dua bulan.

Dari cerita si anak, laki-laki itu yang awalnya berniat membantu si nenek malah berbalik setelah mendengar cerita lengkap dari di anak. Laki-laki itu berpikir bahwa tindakan si nenek itu tak pantas di lakukan. Niat di nenek mengunjungi kerabatnya tidak lah baik. Si nenek hanya ingin meminta harta yang sudah tak jelas keberadaannya dan memeras kerabatnya. Karena hal itu lah keluarga si nenek lebih memilih untuk tidak merespon panggilan si nenek dari pada membiarkan si nenek melakukan hal yang tercela itu.

Setelah hari itu, si nenek masih saja duduk di teras rumah bercat hijau, termenung selama sejam lalu memanggil anggota keluarganya hanya untuk di abaikan. Baru menjelang sore di nenek masuk rumah. Hak itu terus berlanjut bertahun-tahun sampai di nenek meninggal.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Kepala batu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Secret Self
Tiffany Gouw
Flash
Pertemuan Keluarga
Singkat Cerita
Novel
Best Friends
Awan Senja
Novel
Bronze
Secercah Asa
Corla Lums
Flash
Bronze
Riku Hasegawa
Rafiahs
Cerpen
Bronze
Bertemu Perpisahan
Desy Sadiyah Amini
Novel
To Be a Good Student
Cumiplutoo
Novel
Nampek
Makrifatul Illah
Novel
Semestaku Sebelum dan Sesudah Dia Datang
Niken Karsella
Komik
Bronze
One smash
ari saptori
Cerpen
Kopi dan Teh
Zoids
Novel
Bronze
Hai Bos
Tri Utari
Novel
Gold
Nasi untuk Kakek
Mizan Publishing
Flash
Mimpi Seribu Perak : Arti Sukses Yang Sesungguhnya.
Alwinn
Rekomendasi
Flash
Kepala batu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Time leap
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Mimpi yang Menjadikanku Sampah
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Bleu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Berbalas Surat Denganmu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Elf
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Tersesat
Seli Suliastuti
Flash
Bunga tidur
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Undangan: Bunga Pemilik Kunci
Seli Suliastuti
Flash
Jendela Bertumpuk
Seli Suliastuti