Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Kepala batu
6
Suka
20,125
Dibaca

Seorang nenek berusia lebih dari delapan puluh tahun tengah duduk di teras rumah bercat hijau. Lengang yang menemaninya lebih dari satu jam. Mungkin karena bosan nenek itu memanggil cucu laki-lakinya. “Nang... Lanang...” Panggil nenek itu pada cucunya. Sepertinya dia sudah lupa dengan nama cucunya itu, makanya dia memanggil dengan sebutan lanang yang berarti laki-laki. Panggilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetap tak ada jawaban.

Bukan sekali, dua kali nenek itu memanggil cucunya. Bukan hanya cucunya yang laki-laki, cucu perempuannya, bahkan anak-anaknya, tapi sudah lama mereka tak merespon panggilan nenek itu. Membuat si nenek hanya bisa menggerutu di tempat itu sampai hari menjelang sore dan nenek itu masuk ke dalam rumah.

Esoknya si nenek kembali duduk di teras rumah bercat hijau itu, terdiam selama satu jam sebelum memanggil cucunya lagi. Sama seperti kemarin, si nenek tak mendapat respon. Lalu esoknya, esoknya lagi, terus seperti itu sampai hampir dua bulan lebih hal itu terjadi. Sampai datanglah seorang laki-laki yang bekerja di sawah belakang rumah bercat hijau itu.

Laki-laki itu bertanya kepada si nenek yang sedari pagi terus berada di teras rumah bercat hijau itu. Dan mengalir lah cerita si nenek, beliau bercerita bahwa beliau duduk di teras itu dan memanggil cucunya untuk minta di antar ke rumah kerabatnya. Karena penasaran laki-laki itu menemui salah satu anak dari si nenek untuk mendengar cerita dari sudut pandang si anak sampai tega membiarkan si nenek duduk di teras rumah dari pagi sampai sore lebih dari dua bulan.

Dari cerita si anak, laki-laki itu yang awalnya berniat membantu si nenek malah berbalik setelah mendengar cerita lengkap dari di anak. Laki-laki itu berpikir bahwa tindakan si nenek itu tak pantas di lakukan. Niat di nenek mengunjungi kerabatnya tidak lah baik. Si nenek hanya ingin meminta harta yang sudah tak jelas keberadaannya dan memeras kerabatnya. Karena hal itu lah keluarga si nenek lebih memilih untuk tidak merespon panggilan si nenek dari pada membiarkan si nenek melakukan hal yang tercela itu.

Setelah hari itu, si nenek masih saja duduk di teras rumah bercat hijau, termenung selama sejam lalu memanggil anggota keluarganya hanya untuk di abaikan. Baru menjelang sore di nenek masuk rumah. Hak itu terus berlanjut bertahun-tahun sampai di nenek meninggal.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Sebuah Subuh di Lawang
Redhite K.
Novel
Dis - Ease (One Shoot - After Redline)
Sf_Anastasia
Flash
Penggali Kubur
Writer In Box
Flash
Kepala batu
Seli Suliastuti
Cerpen
Yang Habis dalam 3 Jam
M.R. Pangestu
Novel
Bronze
Cinta dan Rahasia
Cesssy
Novel
Chandlina
Al Szi
Novel
Bronze
Pohon Imajinasi
Janeeta Mz
Novel
ALDI TAHER SEMBUH KANKER
alditaher
Novel
Bukan Sekadar Manusia
Diva Aelah
Skrip Film
Beauty Of Mercy
Jordi Dharmawan Wijaya
Flash
Dia Ada
Wardatul Jannah
Flash
Pil Amnesia
Risman Senjaya
Novel
Gold
Deessert
Bentang Pustaka
Novel
edited
me
Rekomendasi
Flash
Kepala batu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Elf
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Mimpi yang Menjadikanku Sampah
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Tersesat
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Bleu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Berbalas Surat Denganmu
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Undangan: Bunga Pemilik Kunci
Seli Suliastuti
Flash
Bunga tidur
Seli Suliastuti
Flash
Jendela Bertumpuk
Seli Suliastuti
Novel
Bronze
Time leap
Seli Suliastuti