Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Capung Merah Aira
10
Suka
5,764
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Ayah! Ayah! Aira dapat ini, Yah,” teriak Aira sambil berlari-lari kecil menuju kamarku. Anak perempuan yang baru berusia empat tahun itu menghambur ke arahku, lalu duduk di pinggir dipan.

“Dapat apa, Aira?” tanyaku tanpa bangun dari tempatku berbaring.

“Ini, Yah, Aira menangkap capung. Warnanya merah. Cantik ya, Yah!” Aira menjawab sambil naik ke dipan dan menunjukkan capung di tangannya, tepat di depan mukaku.

“Cantik sekali capungnya, Aira. Nangkapnya tadi pakai apa?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya yang ramping.

“Tadi Aira mengendap-endap, Yah. Terus, Aira pegang ekornya. Tahu nggak, Yah, tadi capung ini menggigit Aira.”

“Ha? Aira digigit? Mana yang digigit? Sakit nggak?”

“Ini, Yah! Jempol Aira yang digigit. Nggak sakit kok, Yah. Pas dia nggigit, Aira langsung pegang sayapnya, terus Aira bawa ke sini, deh,” kata Aira sambil mengamati capung di tangannya.

“Oh, gitu. Memangnya itu capung mau diapain, Ra?”

“Enaknya diapain ya, Yah? Aira ingin membunuhnya karena tadi sudah menggigit Aira.”

“Lho, kok dibunuh Ra? Kan kasihan. Bagaimana kalau dilepasin saja.”

“Kok dilepasin sih, Yah. Aira kan susah menangkapnya. Ya udah, kalau gak boleh dibunuh, mau Aira masukin ke toples aja. Boleh ya, Yah?”

“Ya udah, boleh. Tapi nanti dilepasin lagi, ya? Kasihan!”

“Iya, Yah. Ya udah Aira ambil toples dulu ya. Nih, tolong ayah pegang capungnya dulu!”

“Oke.”

Aira menyerahkan capung merah itu kepadaku. Ia kemudian berjingkat keluar dari kamar. Tiba-tiba aku merasakan gatal di punggung lengan kiri. Tanpa sengaja aku melepaskan capung di tangan kananku agar bisa menggaruk tempat yang gatal itu.

“Ini toplesnya, Yah! Masukin capungnya ke sini, Yah!” kata Aira memasuki kamarku. Ia membawa toples bulat dengan kedua tangannya.

“Aira, capungnya terbang. Maafkan ayah, Aira! Ayah janji, nanti Ayah akan tangkap lagi capung yang banyak.”

“Kok dilepasin sih, Yah! Ayah jahat! Ayah jahat! Hu … hu … hu …,” Aira berlari keluar kamar sambil menutupi wajah dengan kedua tangan mungilnya.

“Aira! Aira! Tunggu, Aira!”

Aku bangkit dari tidur untuk mengejar Aira. Tapi, ada apa dengan kakiku?

“Aira!” Aku berteriak memanggil anak perempuanku itu.

“Ayah … Ayah …. Tenang, Yah,” kata seorang perempuan yang berlari kecil masuk ke kamarku.

“Aira! Mana Aira? Aira tadi marah sama Ayah. Mana dia?”

“Ayah …,” kata perempuan itu dengan lembut. Ia mengusap dahiku dengan tangannya yang putih dan halus.

“Aku mau mengejar Aira. Tapi, kenapa kakiku dipasangi rantai? Lepaskan aku! Lepaskan! Aku mau mengejar anakku.”

Perempuan itu memelukku.

“Eh, kenapa kamu menangis?”

Ia berkata lirih di telingaku, “Maafkan istrimu ini, Ayah. Aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak mau ayah menjadi tertawaan orang kampung, karena menganggap anak-anak di sekitar ini sebagai Aira. Maafkan aku, Yah, karena belum bisa memberimu keturunan.”

Tangerang Selatan, 8 April 2021

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@rudiechakil : Terima kasih, Mas.
Good 👍👍👍
Rekomendasi dari Drama
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Novel
Bronze
Mellifluos - The Melody of Heart
Nia Dwi Noviyanti
Novel
Gold
Asa Untuk Sang Kupu-Kupu
Mizan Publishing
Skrip Film
Tiga Cuan
Nurbaya Pulhehe
Flash
Bronze
ARTI YANG TERSEMBUNYI
Rahmayanti
Flash
Bronze
Salwa
Herman Sim
Cerpen
Bronze
Penyakit Aneh (Dusta Seorang Ayah)
Sulistiyo Suparno
Novel
Dewi Sang Bidadari
BUNGSU BER-SYAIR
Novel
Bronze
Bad Relationship
Fitri Lailyah
Novel
Bronze
Cinta Buta Sulungku
Rosalia
Novel
Puan Kelana
Savira Aulia Putri Ardini
Novel
Gold
Magnitudo
Bentang Pustaka
Novel
Gold
IPA & IPS
Coconut Books
Novel
Titik Terang
Adira Putri Aliffa
Novel
After Senior High School
Elisabet Erlias Purba
Rekomendasi
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Novel
Bronze
Impian dan Dendam
Riswandi
Flash
Bronze
KOMPAS
Riswandi
Flash
Kasman
Riswandi