Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Capung Merah Aira
10
Suka
5,683
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Ayah! Ayah! Aira dapat ini, Yah,” teriak Aira sambil berlari-lari kecil menuju kamarku. Anak perempuan yang baru berusia empat tahun itu menghambur ke arahku, lalu duduk di pinggir dipan.

“Dapat apa, Aira?” tanyaku tanpa bangun dari tempatku berbaring.

“Ini, Yah, Aira menangkap capung. Warnanya merah. Cantik ya, Yah!” Aira menjawab sambil naik ke dipan dan menunjukkan capung di tangannya, tepat di depan mukaku.

“Cantik sekali capungnya, Aira. Nangkapnya tadi pakai apa?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya yang ramping.

“Tadi Aira mengendap-endap, Yah. Terus, Aira pegang ekornya. Tahu nggak, Yah, tadi capung ini menggigit Aira.”

“Ha? Aira digigit? Mana yang digigit? Sakit nggak?”

“Ini, Yah! Jempol Aira yang digigit. Nggak sakit kok, Yah. Pas dia nggigit, Aira langsung pegang sayapnya, terus Aira bawa ke sini, deh,” kata Aira sambil mengamati capung di tangannya.

“Oh, gitu. Memangnya itu capung mau diapain, Ra?”

“Enaknya diapain ya, Yah? Aira ingin membunuhnya karena tadi sudah menggigit Aira.”

“Lho, kok dibunuh Ra? Kan kasihan. Bagaimana kalau dilepasin saja.”

“Kok dilepasin sih, Yah. Aira kan susah menangkapnya. Ya udah, kalau gak boleh dibunuh, mau Aira masukin ke toples aja. Boleh ya, Yah?”

“Ya udah, boleh. Tapi nanti dilepasin lagi, ya? Kasihan!”

“Iya, Yah. Ya udah Aira ambil toples dulu ya. Nih, tolong ayah pegang capungnya dulu!”

“Oke.”

Aira menyerahkan capung merah itu kepadaku. Ia kemudian berjingkat keluar dari kamar. Tiba-tiba aku merasakan gatal di punggung lengan kiri. Tanpa sengaja aku melepaskan capung di tangan kananku agar bisa menggaruk tempat yang gatal itu.

“Ini toplesnya, Yah! Masukin capungnya ke sini, Yah!” kata Aira memasuki kamarku. Ia membawa toples bulat dengan kedua tangannya.

“Aira, capungnya terbang. Maafkan ayah, Aira! Ayah janji, nanti Ayah akan tangkap lagi capung yang banyak.”

“Kok dilepasin sih, Yah! Ayah jahat! Ayah jahat! Hu … hu … hu …,” Aira berlari keluar kamar sambil menutupi wajah dengan kedua tangan mungilnya.

“Aira! Aira! Tunggu, Aira!”

Aku bangkit dari tidur untuk mengejar Aira. Tapi, ada apa dengan kakiku?

“Aira!” Aku berteriak memanggil anak perempuanku itu.

“Ayah … Ayah …. Tenang, Yah,” kata seorang perempuan yang berlari kecil masuk ke kamarku.

“Aira! Mana Aira? Aira tadi marah sama Ayah. Mana dia?”

“Ayah …,” kata perempuan itu dengan lembut. Ia mengusap dahiku dengan tangannya yang putih dan halus.

“Aku mau mengejar Aira. Tapi, kenapa kakiku dipasangi rantai? Lepaskan aku! Lepaskan! Aku mau mengejar anakku.”

Perempuan itu memelukku.

“Eh, kenapa kamu menangis?”

Ia berkata lirih di telingaku, “Maafkan istrimu ini, Ayah. Aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak mau ayah menjadi tertawaan orang kampung, karena menganggap anak-anak di sekitar ini sebagai Aira. Maafkan aku, Yah, karena belum bisa memberimu keturunan.”

Tangerang Selatan, 8 April 2021

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@rudiechakil : Terima kasih, Mas.
Good 👍👍👍
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Shinta : Cinta dan Pengorbanan
Bagas Adhianta
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Novel
AKU DAN KEHIDUPAN
Zulfikar achmad
Novel
Pretty Thing
clearesta nathania
Cerpen
SERIGALA ADALAH DOMBA
Meliana
Novel
Bronze
Justice
Sukma Maddi
Novel
Gold
Big Magic
Bentang Pustaka
Flash
Bronze
Dream
Aylani Firdaus
Novel
I'am(not)crazy
aira
Novel
Beruang Es
Vivilutfia41
Novel
Memories
Nany Parker
Novel
A Good Father
Lilian
Novel
Bronze
Sebatas Selat Sunda
intan elsa lantika
Novel
Bronze
MY WAITING LIST : THE ORIGIN
Axel Bramasta
Novel
Bronze
Kasih Dalam Kisah
Rifah Khodijah
Rekomendasi
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Flash
Kasman
Riswandi
Novel
Bronze
Impian dan Dendam
Riswandi
Flash
Bronze
KOMPAS
Riswandi