Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Capung Merah Aira
10
Suka
5,873
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Ayah! Ayah! Aira dapat ini, Yah,” teriak Aira sambil berlari-lari kecil menuju kamarku. Anak perempuan yang baru berusia empat tahun itu menghambur ke arahku, lalu duduk di pinggir dipan.

“Dapat apa, Aira?” tanyaku tanpa bangun dari tempatku berbaring.

“Ini, Yah, Aira menangkap capung. Warnanya merah. Cantik ya, Yah!” Aira menjawab sambil naik ke dipan dan menunjukkan capung di tangannya, tepat di depan mukaku.

“Cantik sekali capungnya, Aira. Nangkapnya tadi pakai apa?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya yang ramping.

“Tadi Aira mengendap-endap, Yah. Terus, Aira pegang ekornya. Tahu nggak, Yah, tadi capung ini menggigit Aira.”

“Ha? Aira digigit? Mana yang digigit? Sakit nggak?”

“Ini, Yah! Jempol Aira yang digigit. Nggak sakit kok, Yah. Pas dia nggigit, Aira langsung pegang sayapnya, terus Aira bawa ke sini, deh,” kata Aira sambil mengamati capung di tangannya.

“Oh, gitu. Memangnya itu capung mau diapain, Ra?”

“Enaknya diapain ya, Yah? Aira ingin membunuhnya karena tadi sudah menggigit Aira.”

“Lho, kok dibunuh Ra? Kan kasihan. Bagaimana kalau dilepasin saja.”

“Kok dilepasin sih, Yah. Aira kan susah menangkapnya. Ya udah, kalau gak boleh dibunuh, mau Aira masukin ke toples aja. Boleh ya, Yah?”

“Ya udah, boleh. Tapi nanti dilepasin lagi, ya? Kasihan!”

“Iya, Yah. Ya udah Aira ambil toples dulu ya. Nih, tolong ayah pegang capungnya dulu!”

“Oke.”

Aira menyerahkan capung merah itu kepadaku. Ia kemudian berjingkat keluar dari kamar. Tiba-tiba aku merasakan gatal di punggung lengan kiri. Tanpa sengaja aku melepaskan capung di tangan kananku agar bisa menggaruk tempat yang gatal itu.

“Ini toplesnya, Yah! Masukin capungnya ke sini, Yah!” kata Aira memasuki kamarku. Ia membawa toples bulat dengan kedua tangannya.

“Aira, capungnya terbang. Maafkan ayah, Aira! Ayah janji, nanti Ayah akan tangkap lagi capung yang banyak.”

“Kok dilepasin sih, Yah! Ayah jahat! Ayah jahat! Hu … hu … hu …,” Aira berlari keluar kamar sambil menutupi wajah dengan kedua tangan mungilnya.

“Aira! Aira! Tunggu, Aira!”

Aku bangkit dari tidur untuk mengejar Aira. Tapi, ada apa dengan kakiku?

“Aira!” Aku berteriak memanggil anak perempuanku itu.

“Ayah … Ayah …. Tenang, Yah,” kata seorang perempuan yang berlari kecil masuk ke kamarku.

“Aira! Mana Aira? Aira tadi marah sama Ayah. Mana dia?”

“Ayah …,” kata perempuan itu dengan lembut. Ia mengusap dahiku dengan tangannya yang putih dan halus.

“Aku mau mengejar Aira. Tapi, kenapa kakiku dipasangi rantai? Lepaskan aku! Lepaskan! Aku mau mengejar anakku.”

Perempuan itu memelukku.

“Eh, kenapa kamu menangis?”

Ia berkata lirih di telingaku, “Maafkan istrimu ini, Ayah. Aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak mau ayah menjadi tertawaan orang kampung, karena menganggap anak-anak di sekitar ini sebagai Aira. Maafkan aku, Yah, karena belum bisa memberimu keturunan.”

Tangerang Selatan, 8 April 2021

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@rudiechakil : Terima kasih, Mas.
Good 👍👍👍
Rekomendasi dari Drama
Novel
Abuelita
Tasyavira Indifatma
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Novel
Bronze
I'm your Ribs
Linda Maulana
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Flash
Bronze
Cinta yang Tak Mungkin Bersatu
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Metamorfosa Rindu
Rarindra Sejati
Novel
Bronze
MY WAITING LIST : THE ORIGIN
Axel Bramasta
Novel
im.pi.an (Menurut Kim)
Putriyani Hamballah
Cerpen
Bronze
Kontraktor
Fitri F. Layla
Novel
Bronze
My Stupidity
Fielsya
Novel
Bronze
Filosofi Keluarga
Niken Ayu Winarsih
Novel
Bronze
Never Same
Sabelia
Novel
Gold
KKPK Menari di Pelangi
Mizan Publishing
Novel
Mencari Pesan
Setiawan Saputra
Novel
Gold
Persuasion
Noura Publishing
Rekomendasi
Flash
Capung Merah Aira
Riswandi
Novel
Bronze
Impian dan Dendam
Riswandi
Flash
Kasman
Riswandi
Flash
Bronze
KOMPAS
Riswandi