Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Addin, malaikat tak bersayap yang dianugerahkan Allah kepada keluarga Ilfi. Ilfi yang tengah duduk di kelas 2 SD ini sangat gembira akhirnya dia memiliki seorang adik. Jari-jari mungil yang sangat lentik, tapi ada sedikit warna kebiruan pada jarinya itu dan sedikit berbeda dari bayi pada umumnya. Ya karna bayi itu mengidap penyakit kelainan jantung.
Ia tidak bisa dikejutkan atau mendengar sesuatu yang sangat kuat, karna itu dapat berakibat pada jantungnya.
4 tahun sudah berlalu, Addin sudah bisa berbicara walau dia masih tidak kuat untuk berjalan. Ia tetap berusaha untuk belajar.
Suatu hari Addin sakit, Ia demam dan juga kena flu. Ayah dan Ibu terus bergantian untuk menjaga Addin di tengah malam. Addin sudah dibawa ke puskesmas tapi tak kunjung sembuh, hingga orangtuanya memanggil pak mentri yang biasa dipanggil oleh tetangga kalau di rumahnya ada yang sakit.
Setelah bapak itu memeriksa Addin, dia menyarankan untuk mengoperasi jantung Addin dan juga memberikan beberapa obat.
Semua berkas yang diminta untuk operasi sudah dilengkapi tinggal memberikannya kepada pihak rumah sakit.
Tapi dalam hati orangtuanya masih ragu apakah ini yang terbaik buat anaknya.
Keesokan paginya, Addin sudah tergeletak lemas di atas kasur, bibir tidak dapat digerakkan, kedua giginya saling menyatu dan tidak dapat direnggangkan, kukunya juga berubah menjadi sedikit kebiruan. Karna tak sanggup membuka mulut, Ayah menyuapi Addin dengan lembut. Ilfi tak sanggup melihat keadaan adiknya itu.
Dalam hati Ilfi ingin menemani adiknya yang tengah sakit itu, tapi ilfi tak kuasa karna dia harus pergi ke sekolah. Untuk menghibur hati, Ilfi berbisik ke telinga adiknya itu dengan berkata "nanti pas pulang sekolah kakak bawakan makanan ya".
Sesampai di sekolah Ilfi sudah memulai mata pelajaran pertamanya. Guru yang mengajar sudah masuk ke kelasnya, Ilfi disuruh mengambil buku pelajaran di ruang guru. Saat keluar kelas Ilfi melihat tetangganya ada di sekolahnya, tetangganya itu melihat ke arah Ilfi lalu menghampirinya.
"Ilfi! Ayo ikut Ibu pulang" kata tetangga Ilfi.
"Ada apa bu? Tapi kalau mau pulang harus permisi dulu sama guruku bu" jawab Ilfi.
Saat Ilfi berbincang dengan tetangganya itu, wali kelas Ilfi keluar dari kantor yang ada di sebelah kelasnya.
"Ada apa bu?" tanya Bu guru.
"Gini bu, saya Mela tetangganya Ilfi. Saya disuruh orang tuanya untuk menjemput Ilfi. Adiknya Ilfi telah meninggal dunia, makanya saya ke sini untuk mempermisikan dia" kata Bu Mela.
Mendengar kata terakhir yang diucapkan oleh bu Mela, bening-bening air mata sudah penuh hingga tak terbendung lagi hingga langsung mengalir deras dengan spontan Ilfi langsung masuk ke dalam kelasnya dan mengambil tas miliknya.
Melihat Ilfi yang menangis, teman-temannya bertanya kepadanya. Tapi Ilfi tak merespon dan langsung keluar dari kelasnya dan pergi begitu saja.
Sesampai di rumah, Ilfi langsung melihat jenazah adiknya itu wajah adiknya seperti berbinar, ia seperti sedang tersenyum damai. Melihat wajahnya itu, derasan air mata terus mengalir keluar hingga baju yang ia pakai basah tetapi di dalam hati Ilfi sangat bahagia. Karna ia melihat adiknya tak menderita lagi, dan Ia sudah tenang di surganya Allah.
"Semoga kita akan bertemu dan berkumpul di surganya Allah kelak ya dek" batin Ilfi.